Instagram

Friday

South Island Trip: Dari Te Anau, Milford Sound, Bluff hingga Wanaka (Part #2)

November 09, 2018 0 Comments


Berlanjut di bagian kedua perjalanan saya dan teman-teman ke bagian selatan dari New Zealand. Pada bagian sebelumnya saya telah menceritakan 4 hari pertama perjalanan kami dari Cristschurt menuju danau-danau cantik seperti Lake Tekapo, Lake Pukaki, Lake Dunstan, dan Lake Wakatipu, tracking di Hooker Valley Mt Cook dan Bend Lomond hingga menjelajahi Queenstown dan bermain ski di gunung saljunya. Pada bagian ini saya akan memaparkan kelanjutannya pada hari ke 5 hingga ke 7.

DAY 5: Queenstown to Te Anau

Pagi-pagi sekali kami meninggalkan Queenstown menuju destinasi selanjutnya yaitu Te Anau. Dalam perjalanannya kami menelusuri dataran berbukit yang sangat khas New Zealand dengan banyak sekali kincir angin raksasa yang tampak jauh diatas bukit. Kami bermaksud untuk makan siang pada view point di sekitar kincir angin tersebut, akan tetapi semakin kami mendekati kincir, kami tidak menemukan jalan menuju kincir tersebut. Satu-satunya jalan harus melewati private property yang dilarang untuk dilewati. Alhasil, kami harus puas mengabadikan momen di pinggir jalan pada titik yang kami anggap best view yang menonjolkan keindahan kincir angin tersebut.

Pemandangan berlatarkan kincir angin

Kincir angin
Areal perbukitan khas New Zealand
Kami melanjutkan perjalanan menuju Te Anau dan akhirnya memutuskan untuk makan siang di pinggir Lake Te Anau yang merupakan bagian dari Fiordland National Park. Kami duduk memenuhi bangku piknik yang tersedia di pinggir danau. Sementara di hadapan kami terbentang pemandangan danau dan gunung es yang tak henti membuat kami berdecak. Tak ketinggalan kami mengabadikan momen setelahnya yang diselingi dengan permainan lempar batu sembunyi tangan. Pihak yang kalah diberi hukuman untuk mencelupkan tangan ke dalam dinginnya air danau selama satu menit. Permainan berlangsung dua putaran dengan dua orang yang mendapatkan hukuman. Danau ini juga tampaknya menjadi rumah bebek-bebek lucu yang berenang mendekati kami. Selain itu, olahraga kayak juga sepertinya dilakukan di danau ini.

Area makan siang berupa bangku piknik di bawah pohon dengan pemandangan danau

Tersangkah yang kalah di permainan lempar batu sembunyi tangan

Kayak

Bebek-bebek di area danau

Kami melanjutkan perjalanan menuju danau lain di area ini yang bernama Lake Manapouri yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Lake Te Anau. Butuh perjalanan sekitar 5 menit dari area parkir menuju pinggir danau. Pemandangan yang disuguhkan tak jauh berbeda dari danau sebelumnya, tapi dengan fasilitas yang lebih lengkap. Kami menemukan banyak sekali bangku piknik yang dilengkapi dengan perlengkapan BBQ yang dapat digunakan pengunjung. Di area tersebut juga terdapat area yang berbentuk seperti lapangan volly pantai, tapi ini tebakanku saja. Pada sebuah pohon tak jauh dari area BBQ juga terdapat sebuah ayunan yang unik sekali. Saya langsung bersemangat berayun-ayun dan berputar-putar di ayunan tersebut. Kami bertahan di danau hingga matahari terbenam. Kami harus kecewa karena kabut tebal yang tak kunjung beranjak menyelimuti langit sore itu. Kami lantas mengakhiri hari itu dengan bermain tebak kata di penginapan yang membuat kami tak henti-hentinya tertawa terpingkal-pingkal.

Menuju Lake Manapouri 

Jalan setapak menuju danau






DAY 6: Te Anau to Milford Sound to Invercargill

Pagi-pagi sekali, kami berangkat dari penginapan menuju tujuan wisata utama hari itu yaitu Milford Sound Cruise. Rata-rata terdapat tiga kali trip per hari dari beberapa agen yaitu pada pukul  09.00, 11.00 dan 13.00. Kami memilih trip kedua dari salah satu agen terpercaya dan melakukan pemesanan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya. Konon katanya, pada waktu tertentu bisa saja kuota trip penuh oleh pengunjung, jadi lebih baik dipesan dari jauh-jauh hari.

Dalam perjalanannya, kami mampir dibeberapa view point menarik yaitu Te Anau Down dan The Eglinton Valley. Te Anau down merupakan salah satu view point yang terdapat di Lake Te Anau. Kami berkeliling sejenak untuk mengabadikan momen hamparan pegunungan dengan semburat jingga matahari pagi yang baru saja terbit. Kami menelusuri jembatan kayu menuju view point yang menjorok ke danau, yang juga merupakan dermaga bagi perahu/atau kapal kecil yang mungkin berlayar di area Lake Te Anau.






Tak lupa pula kami berhenti di The Eglinton Valley, sebuah padang rumput luas yang diapit oleh beberapa pegunungan sekaligus. Kami terus menelusuri jalan setapak yang tersedia lumayan jauh hingga menemukan sungai kecil yang airnya sangat segar dan jernih. Para pengunjung lain juga tampak bergerombol dan mengabadikan momen sekitar. Udara dan suasana yang nyaman tambah semarak dengan lengkungan indah warna warni pelangi menghiasi langit kala itu.





Kami tiba di area Milford Sound tepat waktu. Area Milford Sound merupakan bagian dari Fiordland national park yang terdapat di southwest pulau selatan New Zealand yang termasuk dalam UNESCO World Heritage site. Setelah menukarkan tiket online pada loket yang tersedia, kami berkesempatan untuk berkeliling area terminal yang modern dan terawat. Sebuah  televisi besar yang memampang rute perjalanan dan hal-hal apa saja yang akan dapat dinikmati selama berada berada di Cruise.






Sekitar sepuluh menit sebelum perjalanan, seluruh penumpang diminta bersiap-siap untuk segera menaiki Cruise. Berbekal tiket ditangan, kami pun menaiki Cruise sesuai instruksi petugas. Pelayaran yang menghabiskan lebih kurang 90 menit perjalanan itu, sangat berkesan bagi saya dan teman-teman. Petugas pemandu tak henti-hentinya bercerita mengenai sejarah dan menjelaskan berbagai area dan pemenadangan yang kami lalui. Gerimis di beberapa lokasi tak menyurutkan kami untuk menikmati dan mengabadikan pemandangan sekitar dari geladak kapal. Karena kami berkunjung saat winter, hamparan perbukitan dan tebing dengan ratusan air terjunnya adalah andalan pada musim itu dan kami mendapatkannya. Selain itu terdapat pula beberapa view point yang dapat dinikmati penumpang selama berlayar diantaranya anjing laut, pepohonan yang khas dan juga atraksi kecipratan air terjun yang menyenangkan sekaligus membuat basah kuyup.  Cruise kemudian berputar arah setelah bertemu dengan laut lepas.







Perjalanan hari itu dilanjutkan dengan berkendara menuju kota bagian selatan dari pulau selatan New Zealand menuju Invercargil. Kami sampai di penginapan Invercargil selepas magrib dan mengakhiri hari itu dengan bermain puzzle dan monyet pedang.

DAY 7: Invercargill to Bluff to Wanaka

Dibutuhkan setengah jam perjalanan dari penginapan kami di kota paling selatan di pulau selatan New Zealand, Invercargill, untuk menuju titik paling selatan yang dikenal dengan sebutan Bluff. Titik paling selatan ini ditandai dengan sebuah view point di pinggir laut yang dikelilingi oleh pembatas yang terbuat dari kaca bening yang sangat terawat. Pada view point ini juga terdapat sign yang menjadi ciri khas Bluff. Sign ini menunjukkan jarak Bluff dengan beberapa kota terkenal seperti New York, London, Wellington, Sydney, Cape Reinga (titik paling utara di pulau utara New Zealand) dan berbagai kota lainnya.






Tak lupa kami berkeliling di kota paling selatan tersebut yang terbilang cukup sepi. Menjelajahi suasana pusat kota dengan sedikit kendaraan yang berlalu lalang, melihat-lihat toko souvenir, dan juga singgah di sebuah kedai kopi untuk sarapan. Teman-teman saya berebut tumblr yang  memang dijual di kedai kopi tersebut dengan signature atau gambar kota paling selatan ini yang mereka jadikan sebagai oleh-oleh untuk orang terkasih atau untuk sebatas koleksi.






Perjalanan kembali dilanjutkan menuju daerah utara khususnya Wanaka. Sebuah pembangkit listrik tenaga air bernama Clyde hydroelectric power plant yang membendung danau Clutha menjadi latar area makan siang kami hari itu. Kami berkeliling area view point untuk mengabadikan pemandangan langka pembangkit listrik yang jarang-jarang kami temui.




Menjelang sore, kami tiba di Wanaka dan mengarahkan lanju kendaraan kami menuju pohon jomblo yang merupakan ikon yang sangat populer salah satu sisi Lake Wanaka dengan hastag #thatwanakatree. Pohon yang terbilang unik tersebut tumbuh sendirian di tengah danau. Banyak pengunjung yang berlalu lalang di area pantai untuk sekedar bersantai dan juga mengabadikan momen dengan pohon jomblo yang terkenal itu.


#thatWanakatree
Kami lantas berpindah ke sisi yang lain dari Lake Wanaka menuju Glendhu Bay. Area ini terbilang lebih sepi dari pengunjung sehingga bisa menjadi lebih privasi dibandingkan dengan area sebelumnya. Kami bertahan di Glendhu Bay hingga matahari terbenam. Berlarian, memainkan permainan lempar batu favorit kami, bercengkaram sambil mendengarkan senandung merdu dari play list yang telah kami siapkan. Dihadapan kami terbentang hamparan danau dan pegunungan cantik yang menyejukkan.


Pada mungutin batu pipih untuk main lempar batu sembunyi tangan (lagi)

South Island dapat dikatakan sebagai destinasi wajib jika ke New Zealand. Tak lengkap rasanya ke New Zealand jika tidak ke South Island.

Sekian bagian kedua dari perjalanan kami.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya.

Cheers,

Debby
(DBY/2018)

Saturday

Perayaan HUT RI ke 73 di Auckland

August 25, 2018 0 Comments

Selamat Ulang Tahun Indonesia yang ke 73!

Tidak terdapat upacara bendera resmi yang diselenggarakan pemerintah untuk perayaan HUT RI di Auckland, karena tidak terdapat kantor perwakilan pemerintahan Indonesia di sini. Satu-satunya kantor perwakilan pemerintah Indonesia di New Zealand terletak di Wellington, Ibukota New Zealand. Sebagai informasi, duta besar Indonesia untuk New Zealand adalah presenter kondang yang terkenal dengan kuis “Who wants to be a Millionare?” yakni Bapak Tantowi Yahya.

Terdapat dua acara pada dua hari berbeda yang saya ikuti untuk merayakan HUT RI ke 73 di Auckland. Acara pertama diselenggarakan oleh Pehimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Auckland pada Jumat, 17 Agustus 2018. Acara yang bertajuk cerdas cermat dan layer tancap ini berlokasi di Owen G Glenn Building (OGGB) Case Room 3 (260-055) the University of Auckland. Kegiatan yang dimulai pada pukul 5.30 PM ini diawalikan dengan pembukaan oleh MC dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.



Cerdas cermat yang diikuti oleh sekitar 50 peserta melalui Kahoot.it ini memperebutkan hadiah berupa tiga voucher dengan total nilai 90 NZD. Peserta berlomba untuk menjawab 50 pertanyaan tentang Indonesia dari 5 kategori berbeda diantaranya pengetahuan umum, geografi, sejarah, Indonesia masa kini, dan fakta mengenai presiden-presiden Indonesia yang telah dipersiapkan sedemikan rupa oleh panitia. Pemenang ditentukan melalui score yang dihitung secara otomatis oleh Kahoot.it. Peserta akan memperoleh score tinggi apabila dapat menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat.




Butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk menyelesaikan semua pertanyaan. Layar terus menunjukkan chart 5 peserta dengan score tertinggi setiap kali pertanyaan selesai dijawab. Pertarungan cukup sengit terjadi diantara peserta. Ada peserta yang terlempar dari chart karena terlambat atau salah menjawab pertanyaan. Terdapat juga peserta baru yang score-nya naik dan berhasil mencatatkan namanya di chart. Hingga akhir acara, tiga peserta teratas berhasil mempertahakan score mereka dan keluar sebagai pemenang. Posisi pertama diraih oleh Wkur yang berhasil menjawab dengan cepat dan tepat sebanyak 38 dari 50 soal dengan total score 42,747 poin. Disusul oleh posisi kedua atas nama OCH dengan 41,355 poin yang menjawab dengan cepat dan tepat 38 dari 50 soal. Selanjutnya posisi ketiga berhasil dipertahankan oleh Yuyun dengan score 39,511 points dengan menjawab dengan cepat dan tepat 36 dari 50 soal. Hadiah lalu diserahkan langsung kepada pemenang oleh ketua PPI Auckaland Kevin Christ. Saya harus berpuas diri di posisi ke empat saja dengan selisih 908 poin dari Yuyun.



penyerahan hadiah untuk pemenang cerdas cermat.
Setelah rehat sejenak, acara dilanjutkan dengan layer tancap film Indonesia yang tengah naik daun Dilan 1990. Panitia tampak mempersiapkan popcorn dan minuman bersoda untuk menemani peserta selama menonton film. Saya kurang tahu kenapa film tersebut yang dipilih untuk merayakan HUT kemerdekaan. Karena saya sudah menonton film tersebut, saya memutuskan untuk meninggalkan acara terlebih dahulu.


Sedangkan acara kedua yang bertemakan “73TH Mereka: Disiplin dan Berbudaya” diselenggarakan oleh Komunitas Katolik Indonesia Auckland (KKIA) pada Sabtu, 18 Agustus 2018. Acara yang berlokasi di Birkinhead Primary School Hall, 77 Mokoia Road, Birkinhead, Auckland ini menyuguhkan berbagai rangkain kegiatan seperti pengibaran bendera, penampilan budaya Indonesia seperti bernyanyi dan menari, permainan khas hari kemerdekaan, dan juga bazar makanan khas Indonesia.


Acara dibuka oleh MC sekitar pukul 10 pagi. Upacara bendera diselenggarakan di dalam ruangan dengan pengibaran bendera diatas panggung. Perangkat upacara seperti komandan upacara, inspektur uapacara, dan paduan suara tampak besiap-siap menempati posisinya masing-masing. Pasukan pengibar bendera muncul dari belakang panggung dengan langkah yang tampak teratur. Ketika bendera dinyatakan siap, komandan upacara menyerukan aba-aba penghormatan berbarengan dengan paduan suara menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan semangat. Semua peserta upacara juga turut serta bernyanyi tak kalah bersemangat. Selanjutnya mengheningkan cipta dengan menyanyikan lagu syukur. Tak ketinggalan juga terdapat pembacaan teks Proklamasi, teks Pancasila, dan Sumpah pemuda oleh putra-putri bangsa Indonesia. Beberapa lagu kemerdekaan seperti Hari Merdeka mengalun memenuhi ruangan sebelum upacara dinyatakan selesai dan peserta diperintahkan untuk membubarkan diri.

Pengibaran bendera.
Mengheningkan cipta dengan menyanyikan lagu Syukur.


Pembacaan teks proklamasi.
Pembacaan teks pancasila.
Pembacaan teks sumpah pemuda.


Selang beberapa waktu untuk beristirahat, acara dilanjutkan kembali dengan penampilan kebudayaan dari Indonesia berupa menari dan menyayi. Benyak sekali pengisi acara silih berganti menunjukkan kebolehannya diatas panggung hingga lewat tengah hari. Bersamaan dengan itu, pengunjung tampak menyerbu berbagai stand yang menyuguhkan beragam macam makanan khas Indonesia mulai dari makanan berat berupa nasi hingga makanan ringan seperti gorengan. Tak ketinggalan saya yang tengah kelaparan ikut berdesak-desakan bersama dengan pengunjung lain. Saya memutuskan untuk membeli nasi kuning paket komplit dengan ayam dan mie gorengnya. Selain itu saya tak ketinggalan menjejali perut saya dengan sosis solo, risoles, bakwan, martabak telur, perkedel kentang, klepon, onde-onde, indomie donat, dan juga es dawet. Saya juga membeli beberapa makanan lain untuk di bawa pulang.



Acara puncak yang ditunggu-tunggu pun akhirnya dimulai yaitu perlombaan khas hari kemerdekaan. Terdapat 2 cabang perlombaan yang diselenggarakan hari itu yaitu lomba makan kerupuk dan lomba Tarik tambang. Anak-anak, remaja, muda,dan tua antusias mengikuti perlombaan dan juga menjadi supporter untuk yang tengah bertanding. Namun sepertinya keberuntungan belum berpihak kepada saya. Kerupuk saya jatuh dari ikatannya setalah gigitan kedua yang menyebabkan saya didiskualifikasi. Sementara tim saya juga gagal mempertankan tarikan tambang dari tim lawan yang sukses sengan kekuatannya menarik tambang menuju area mereka dan dinyatakan sebagai pemenang.







Sangat menyenangkan sekali bisa mengikuti kedua acara tersebut untuk merayakan HUT RI ke 73. Semangat kemerdekaannya sangat kental sekali dan tak kalah dengan yang ada di Indonesia.

Sekali lagi selamat HUT RI 73: Kerja Kita, Prestasi Bangsa!

Dirgahayu Indonesia!

Cheers,
Debby