Berlanjut di bagian kedua perjalanan saya dan teman-teman ke bagian selatan dari New Zealand. Pada bagian sebelumnya saya telah menceritakan 4 hari pertama perjalanan kami dari Cristschurt menuju danau-danau cantik seperti Lake Tekapo, Lake Pukaki, Lake Dunstan, dan Lake Wakatipu, tracking di Hooker Valley Mt Cook dan Bend Lomond hingga menjelajahi Queenstown dan bermain ski di gunung saljunya. Pada bagian ini saya akan memaparkan kelanjutannya pada hari ke 5 hingga ke 7.
DAY 5: Queenstown to Te Anau
Pagi-pagi sekali kami meninggalkan Queenstown menuju destinasi selanjutnya yaitu Te Anau. Dalam perjalanannya kami menelusuri dataran berbukit yang sangat khas New Zealand dengan banyak sekali kincir angin raksasa yang tampak jauh diatas bukit. Kami bermaksud untuk makan siang pada view point di sekitar kincir angin tersebut, akan tetapi semakin kami mendekati kincir, kami tidak menemukan jalan menuju kincir tersebut. Satu-satunya jalan harus melewati private property yang dilarang untuk dilewati. Alhasil, kami harus puas mengabadikan momen di pinggir jalan pada titik yang kami anggap best view yang menonjolkan keindahan kincir angin tersebut.
Pemandangan berlatarkan kincir angin |
Kincir angin |
Areal perbukitan khas New Zealand |
Area makan siang berupa bangku piknik di bawah pohon dengan pemandangan danau |
Tersangkah yang kalah di permainan lempar batu sembunyi tangan |
Kayak |
Bebek-bebek di area danau |
Kami melanjutkan perjalanan menuju danau lain di area ini yang bernama Lake Manapouri yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan dari Lake Te Anau. Butuh perjalanan sekitar 5 menit dari area parkir menuju pinggir danau. Pemandangan yang disuguhkan tak jauh berbeda dari danau sebelumnya, tapi dengan fasilitas yang lebih lengkap. Kami menemukan banyak sekali bangku piknik yang dilengkapi dengan perlengkapan BBQ yang dapat digunakan pengunjung. Di area tersebut juga terdapat area yang berbentuk seperti lapangan volly pantai, tapi ini tebakanku saja. Pada sebuah pohon tak jauh dari area BBQ juga terdapat sebuah ayunan yang unik sekali. Saya langsung bersemangat berayun-ayun dan berputar-putar di ayunan tersebut. Kami bertahan di danau hingga matahari terbenam. Kami harus kecewa karena kabut tebal yang tak kunjung beranjak menyelimuti langit sore itu. Kami lantas mengakhiri hari itu dengan bermain tebak kata di penginapan yang membuat kami tak henti-hentinya tertawa terpingkal-pingkal.
Menuju Lake Manapouri |
Jalan setapak menuju danau |
DAY 6: Te Anau to Milford Sound to Invercargill
Pagi-pagi sekali, kami berangkat dari penginapan menuju tujuan wisata utama hari itu yaitu Milford Sound Cruise. Rata-rata terdapat tiga kali trip per hari dari beberapa agen yaitu pada pukul 09.00, 11.00 dan 13.00. Kami memilih trip kedua dari salah satu agen terpercaya dan melakukan pemesanan terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya. Konon katanya, pada waktu tertentu bisa saja kuota trip penuh oleh pengunjung, jadi lebih baik dipesan dari jauh-jauh hari.
Dalam perjalanannya, kami mampir dibeberapa view point menarik yaitu Te Anau Down dan The Eglinton Valley. Te Anau down merupakan salah satu view point yang terdapat di Lake Te Anau. Kami berkeliling sejenak untuk mengabadikan momen hamparan pegunungan dengan semburat jingga matahari pagi yang baru saja terbit. Kami menelusuri jembatan kayu menuju view point yang menjorok ke danau, yang juga merupakan dermaga bagi perahu/atau kapal kecil yang mungkin berlayar di area Lake Te Anau.
Tak lupa pula kami berhenti di The Eglinton Valley, sebuah padang rumput luas yang diapit oleh beberapa pegunungan sekaligus. Kami terus menelusuri jalan setapak yang tersedia lumayan jauh hingga menemukan sungai kecil yang airnya sangat segar dan jernih. Para pengunjung lain juga tampak bergerombol dan mengabadikan momen sekitar. Udara dan suasana yang nyaman tambah semarak dengan lengkungan indah warna warni pelangi menghiasi langit kala itu.
Kami tiba di area Milford Sound tepat waktu. Area Milford Sound merupakan bagian dari Fiordland national park yang terdapat di southwest pulau selatan New Zealand yang termasuk dalam UNESCO World Heritage site. Setelah menukarkan tiket online pada loket yang tersedia, kami berkesempatan untuk berkeliling area terminal yang modern dan terawat. Sebuah televisi besar yang memampang rute perjalanan dan hal-hal apa saja yang akan dapat dinikmati selama berada berada di Cruise.
Sekitar sepuluh menit sebelum perjalanan, seluruh penumpang diminta bersiap-siap untuk segera menaiki Cruise. Berbekal tiket ditangan, kami pun menaiki Cruise sesuai instruksi petugas. Pelayaran yang menghabiskan lebih kurang 90 menit perjalanan itu, sangat berkesan bagi saya dan teman-teman. Petugas pemandu tak henti-hentinya bercerita mengenai sejarah dan menjelaskan berbagai area dan pemenadangan yang kami lalui. Gerimis di beberapa lokasi tak menyurutkan kami untuk menikmati dan mengabadikan pemandangan sekitar dari geladak kapal. Karena kami berkunjung saat winter, hamparan perbukitan dan tebing dengan ratusan air terjunnya adalah andalan pada musim itu dan kami mendapatkannya. Selain itu terdapat pula beberapa view point yang dapat dinikmati penumpang selama berlayar diantaranya anjing laut, pepohonan yang khas dan juga atraksi kecipratan air terjun yang menyenangkan sekaligus membuat basah kuyup. Cruise kemudian berputar arah setelah bertemu dengan laut lepas.
DAY 7: Invercargill to Bluff to Wanaka
Dibutuhkan setengah jam perjalanan dari penginapan kami di kota paling selatan di pulau selatan New Zealand, Invercargill, untuk menuju titik paling selatan yang dikenal dengan sebutan Bluff. Titik paling selatan ini ditandai dengan sebuah view point di pinggir laut yang dikelilingi oleh pembatas yang terbuat dari kaca bening yang sangat terawat. Pada view point ini juga terdapat sign yang menjadi ciri khas Bluff. Sign ini menunjukkan jarak Bluff dengan beberapa kota terkenal seperti New York, London, Wellington, Sydney, Cape Reinga (titik paling utara di pulau utara New Zealand) dan berbagai kota lainnya.
Tak lupa kami berkeliling di kota paling selatan tersebut yang terbilang cukup sepi. Menjelajahi suasana pusat kota dengan sedikit kendaraan yang berlalu lalang, melihat-lihat toko souvenir, dan juga singgah di sebuah kedai kopi untuk sarapan. Teman-teman saya berebut tumblr yang memang dijual di kedai kopi tersebut dengan signature atau gambar kota paling selatan ini yang mereka jadikan sebagai oleh-oleh untuk orang terkasih atau untuk sebatas koleksi.
Perjalanan kembali dilanjutkan menuju daerah utara khususnya Wanaka. Sebuah pembangkit listrik tenaga air bernama Clyde hydroelectric power plant yang membendung danau Clutha menjadi latar area makan siang kami hari itu. Kami berkeliling area view point untuk mengabadikan pemandangan langka pembangkit listrik yang jarang-jarang kami temui.
Menjelang sore, kami tiba di Wanaka dan mengarahkan lanju kendaraan kami menuju pohon jomblo yang merupakan ikon yang sangat populer salah satu sisi Lake Wanaka dengan hastag #thatwanakatree. Pohon yang terbilang unik tersebut tumbuh sendirian di tengah danau. Banyak pengunjung yang berlalu lalang di area pantai untuk sekedar bersantai dan juga mengabadikan momen dengan pohon jomblo yang terkenal itu.
![]() |
#thatWanakatree |
Pada mungutin batu pipih untuk main lempar batu sembunyi tangan (lagi) |
South Island dapat dikatakan sebagai destinasi wajib jika ke New Zealand. Tak lengkap rasanya ke New Zealand jika tidak ke South Island.
Sekian bagian kedua dari perjalanan kami.
Sampai jumpa di bagian selanjutnya.
Cheers,
Debby
(DBY/2018)
No comments:
Post a Comment