 |
Piknik di Taman Wisata Alam Gunung Pancar |
Setelah diskusi yang
cukup alot, Gunung Pancar dipilih sebagai destinasi kami untuk menghabiskan
sisa hari setelah lelah berarung jeram di sungai Kalibaru. Pertimbangan utama
pilihan kami jatuh pada Gunung Pancar adalah karena lokasinya yang tidak
terlalu jauh dari tempat pengarungan kami sebelumnya. Akan tetapi yang menjadi
masalah adalah tidak ada satupun dari kami ber-19 yang tahu jalan ke arah sana.
Bermodalkan nekad dan GPS kami pun berangkat.
Belum sampai 500 meter
berkendara, kami mendapat kabar bahwa mobil Jose mengalami pecah ban. Untung
saja terdapat bengkel tambal ban yang dekat sehingga mobil dapat diperbaiki. 2
mobil lainnya menunggu mobil Jose diperbaiki hingga selesai selama lebih kurang
30 menit. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan kembali.
 |
Mobil Jose tengah ditangani oleh ahli tambal ban. |
Sepanjang perjalanan yang
saya rasa lumayan memakan waktu, kami mengobrol berbagai hal yang kami lihat
sepanjang jalan. Hari itu tampaknya warga baru merayakan tujuh belasan di
daerah mereka. Lapangan-lapangan tampak semarak dihiasi oleh bendera merah
putih, baliho, ataupun hiasan pemaanfaatan barang bekas berupa wadah air
mineral gelas yang bagian dalamnya diwarnai dengan cat merah dan putih. Hiasan
tersebut digantung mengelilingi lapangan.
Selain itu, berbagai
perlombaan lain juga tampak digelar. Beberapa peserta tengah berjuang untuk
memecahkan balon yang terletak di antara kedua punggu mereka. Sementara, pohon
pinang tampak gagah dengan berbagai hadiah yang digantung. Biasanya Panjat
Pinang merupakan acara puncak yang baru akan digelar setelah
perlombaan-perlombaan kecilnya selesai. Kerumunan warna tampak memenuhi lapangan
untuk sekedar menonton atau memberi dukungan kepada peserta perlombaan. Meriah
sekali peringatan hari kemerdekaan ini digelar.
 |
Hiasan merah putih yang menghiasi sepanjang jalan dan pohon pinang sebagai perlombaan puncak. |
Sesampai di gerbang yang
bertuliskan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, kami dicegat oleh petugas. Kami
diminta untuk membayar sejumlah uang sebagai tiket masuk dan biaya mobil.
Setelah urusan administrasi selesai, kami melajukan mebil mencari lokasi yang
bagus untuk berpiknik. Kami memutuskan untuk memilih lokasi pertama di sebelah kiri. Tampak banyak mobil yang
telah terparkir di area parkir yang disediakan
menandakan memang cukup banyak orang yang memilih mengahabiskan akhir pekannya
di kawasan ini.
Kejadian unik terjadi
ketika kami turun dari mobil. Banyak anak kecil yang menawarkan kami untuk
menyewa tikar mereka. Kami tak beniat menyawa tikar tersebut, karena kami
membawa sendiri alas duduk kami berupa spanduk bekas acara yang cukup
menampaung kami ber-19. Pengunjung lain yang datang berbarengan dengan kami
tampak juga dikerubungi oleh anak kecil yang menawarkan tikar yang sama dengan
kami sebelumnya. Lucunya anak kecil itu, tampak saling berebutan satu sama
lain. Meski awalnya tak ada yang mau mengalah satu sama lain, tapi pada
akhirnya mereka mengadu keberuntungannya dengan suit. Pemenangnyalah yang
berhak menyerahkan tikar yang dibawanya kepada pengunjung dan menerima sejumlah
uang sebagai imbalan.
 |
Tingkatan Hammock mengelilingi kami. |
Bagi umut muslim yang
ingin menunaikan ibadah sholat, terdapat sebuah mushola dengan ukuran sedang
dengan kapasitas lebih kurang 10 orang. Akan tetapi perlu diperhatikan terkait
persediaan air. Saya harus antri di belakang 7 orang untuk dapat wudhu pada
kran yang berdebit air kecil. Tak jarang dari pengunjung yang akhirnya
memutuskan membeli air meneral di warung terdekat karena enggan mengantri.
Pada salah satu kawasan
yang tidak jauh dari Mushola sebagai tempat sholat, terdapat area permainan
yang dapat digunakan pengunjung. Permainan tersebut sama persis dengan berbagai
permainan yang biasa saya lihat di Taman Kanak-kanak seperti ayunan, perosotan
dan jungkat-jungkit. Tak sedikit orang dewasa yang menemani anaknya untuk
bermain disana.
 |
Area bermain yang terdapat di sebelah Mushola. |
Hal lain yang menarik
perhatian saya adalah gelembung sabun. Terdapat penjual yang menjual gelembung
sabun ini dan asik meperagakan cara permainannya. Puluhan gelembung sabun
tampak keluar dari bulatan di ujung tongkat yang dipegangnya. Ah saya jadi
teringat permainan ini pernah saya mainkan waktu kecil. Tergelitik untuk
mencoba peruntungan, saya membeli gelembung sabun ini. Akan tetapi, ketika saya
mempraktikkan cara memainkannya seperti yang dicontohkan oleh si akang. Saya gagal.
Tak satupun gelembung yang berhasil saya ciptakan. Akhirnya saya kembali
menghampiri si akang untuk kembali mengajarkan saya. Setelah mengikuti semua
instruksi si akang, akhirnya saya berhasil melakukannya. Saya senang sekali.
 |
Adik kecil itu sedang menunggu gelembung sabun yang kami hasilkan. |
Saya berbaik hati untuk
menghasilkan gelembung sabun yang digunakan sebagai latar berfoto teman saya.
Teman saya yang lain justru mengikuti kelakuan saya dengan melakukan hal yang
sama. Alhasil, jadilah kami pengarah efek gelembung sabun bagi setiap teman
kami yang akan berforo ria.
 |
Mey tengah memberi efek gelembung sabun pada teman yang sedang berpose di depan kamera |
 |
Boyband Badaker tengah berpose. Tahan napas dan tahan perut ya guyss. |
 |
Maafkan diriku yang merusak foto ini dengan gagal melompat ya gengss. |
Gunung Pancar juga
merupakan pilihan wisata menarik yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Jakarta.
Menggunakan kendaraan pribadi lebih disarankan ketika berwisata ke tempat ini.
Menurut informasi yang saya dapat, masih banyak kegiatan lain yang dapat
dilakukan kawasan ini selain piknik dan ber-hammock ria seperti yang saya
ceritakan di tulisan ini. Semoga dilain waktu saya berkesempatan kesini lagi dan
mencoba kegiatan lain yang ditawarkan disini. So, mari menghilang sejenak dari
hiruk pikuk kota dengan berwisata ke Gunung Pancar.
(DBY/2017)
Inspiring
ReplyDelete