![]() |
Rumah Tuo Kampai Nan Panjang. |
Rumah Tuo Kampai Nan Panjang terletak di Jorong Balimbiang,
Kenagarian Balimbiang, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Sekitar 30 menit perjalanan dari pusat kota Batusangkar. Seperti rumah adat
minangkabau pada umumnya, rumah tuo berbentuk rumah panggung
yang terdiri dari 7 ruang dan 4 lanjar serta beratapkan ijuk dengan motif
runcing menyerupai tanduk kerbau yang disebut gonjong. Tiang dan dinding rumah
gadang terbuat dari kayu, sedangkan lantainya terbuat dari bambu.
Hal yang membuat rumah tuo ini spesial dan dijadikan sebagai
situs cagar budaya dan salah satu objek wisata oleh pemerintah Sumatera Barat
adalah keunikan dalam pembangunannya. Konon katanya rumah tuo ini dibangun
tanpa menggunkan paku sama sekali. Tidak terbayangkan bagi saya bagaimana cara menggabung-gabungkan kayu tanpa menggunakan paku, karena setahu saya, dimana ada kayu biasanya ada paku. Dan hal tersebut dilakukan
berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sungguh luar biasa sekali.
Menurut salah seorang datuak, sebutan untuk tetua rumah
gadang, yang saya temui saat berkunjung, pembangunan rumah gadang dilakukan
menggunakan sistem pasak dan sistem ikat. Sistem pasak dibuat dengan membentuk pola
tertentu pada kayu yang digunakan sebagai tiang dan balok kayu yang digunakan
sebagai dasar lantai, keduanya kemudian dirangkai satu sama lain membentuk
struktur. Struktur tersebut konon katanya dapat tahan terhadap gempa bumi
karena dapat bergerak seperti engsel. Sementara itu, sistem ikat digunakan
dalam merangkai atap yang terbuat dari ijuk. Ijuk sendiri terbuat dari tanaman
aren, tepatnya tumbuh diantara pelepahnya. Atap ijuk juga memberikan kesan
alami dan sejuk. Selain itu, ijuk dapat bertahan sangat lama, antara 15-50
tahun, tergantung kondisi lingkungan.
Sistem pasak pada rumah gadang. (sumber : http://www.academia.edu/) |
Sistem ikat pada ijuk untuk dijadikan atap. (sumber :http://1.bp.blogspot.com) |
Saya kembali memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Rumah
Tuo Kampai Nan Panjang ini beberapa waktu lalu saat pulang kampung. Dan saya
tetap terpesona dengan keindahannya. Setibanya di lokasi, saya dibuat
terkagum-kagum oleh kondisi lingkungannya yang masih asri dan hijau. Hamparan
sawah luas yang terbentang hijau yang terletak persis di depan rumah tuo sukses
menyejukkan mata saya. Saat berbalik menuju gerbang pintu masuk, pemandangan
rumah tuo yang terlihat antik dengan dinding berwarna hitam dan ijuk yang juga
berwarna hitam membuat saya berdecak kagum. Ditambah dengan barisan pohon
kelapa di belakang rumah tuo yang menyempurnakan keindahannya. Saya langsung
siaga mengabadikan momen sebelum lantas berjalan masuk.
![]() |
Rumah Tuo Kampai Nan Panjang yang tampak api berwarna hitam, ditambah barisan pohon kelapa di belakangnya. |
Saya berjalan diatas susanan batu yang berakhir di tangga
menuju rumah gadang. Tangga rumah gadang di kampung saya adalah salah satu hal
yang unik dan cukup berbahaya menurut saya. Tangga ini posisinya lumayan tegak,
dengan anak tangga yang kecil dan berjarak cukup jauh. Sama sekali tidak
memenuhi standar keselamatan. Terlebih lagi tidak adanya railing, yang dapat digunkan sebagai tempat berpegangan atau
bertumpu. Kasihan sekali bagi anak-anak dan orang tua yang harus melewati
tangga tersebut. Saya masih ingat dulu betapa kesusahannya nenek saya yang
bertubuh gempal untuk menghadiri acara yang digelar diatas rumah gadang meski
telah dibantu.
![]() |
Kami berjalan di susunan batu menuju tangga rumah. |
Setelah mengeluarkan tenaga yang cukup besar untuk menaiki
tangga, akhirnya saya berdiri di depan pintu. Hawa sejuk menghampiri saya,
berbeda sekali dengan kondisi di luar. Saya lantas mengedarkan pandangan
berkeliling. Saya dapat melihat sebuah buku tamu dan kotak diatas
sebuah peti tertutup dibagian kiri saya. Pengunjung tidak dipungut bayaran
tertentu, akan tetapi pengunjung dapat secara sukarela memberikan sumbangan ke
dalam kotak yang disediakan. Saya lantas melepas sepatu saya dan meletakkannya
di area depan pintu sebelum berkeliling untuk melihat-lihat.
Area bagian dalam rumah, khususnya tiga lanjar bagian depan merupakan ruangan
lepas, sedangkan lanjar keempat terdiri dari kamar-kamar. Karena rumah gadang
ini terdiri dari 7 ruang, kamarnya juga berjumlah sama. Rumah ini juga tidak
memiliki loteng. Saya dapat dengan jelas melihat atapnya yang melancip keatas
membentuk gonjong. Sedangkan Area lantai rumah gadang tidak sama rata, terdapat bagian yang sedikit lebih tinggi dari yang lain. Lantai tersebut terbuat dari bambu yang diolah
sedemikian rupa hingga mencapai selebar keramik. Dan uniknya saat saya
berpinjak diatasnya, saya tidak merasa kawatir karena lantai tersebut sangat
kokoh.
![]() |
Ilustrasi lantai rumah gadang yang terbuat dari bambu. (sumber : https://1.bp.blogspot.com/) |
Tidak banyak yang dapat saya temukan di area bagian kiri,
terdapat beberapa pemuda yang tengah bergelung dalam selimut. Entah kenapa
mereka tertidur disini. Sebagian tampak bangun karena kehadiran kami. Saya
lantas berjalan ke arah kanan rumah tuo. Saya menemukan dapur tradisional yang
berbentuk tungku dan beberapa peralatan masaknya. Kayu digunakan sebagai bahan
bakar untuk memasak menggunakan tungku itu.
Saya berjalan semakin jauh kearah kanan dan melangkahkan
kaki menaiki undakan karena perbedaan tinggi lantai. Disana saya menemukan
sebuah lemari yang berisi pakaian adat daerah minang kabau, lengkap dengan
hiasan kepala berupa suntiang untuk perempuan dan saluak/deta untuk laki-laki.
Menurut datuak, pakaian adat tersebut dapat disewa jika terdapat pengunjung
yang ingin berfoto menggunakan pakaian tersebut. Selain itu juga terdapat
beberapa pajangan kerajinan dan peralatan tradisional minang kabau seperti
talempong dan pentungan yang terbuat dari bambu.
Ketika ada teman yang bertanya tentang objek wisata di
kampuang saya, rumah tuo ini tak pernah luput menjadi bahan promosi saya. Saya
merasa bangga dengan adat dan kebudayaan yang terdapat di kampuang saya,
Balimbiang. Rumah Tuo Kampai Nan Panjang ini merupakan satu-satunya rumah
gadang yang dijadikan sebagai cagar budaya dan objek wisata di Nagari
Balimbiang. Tempat ini juga tentu saja dapat menjadi tujuan wisata menarik bagi
teman-teman.
(DBY/2017)
Keren
ReplyDelete