Instagram

Wednesday

Rumah Tuo Kampai Nan Panjang, Wisata Kebanggaan Masyarakat Balimbiang

Rumah Tuo Kampai Nan Panjang.

Rumah Tuo Kampai Nan Panjang terletak di Jorong Balimbiang, Kenagarian Balimbiang, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Sekitar 30 menit perjalanan dari pusat kota Batusangkar. Seperti rumah adat minangkabau pada umumnya, rumah tuo berbentuk rumah panggung yang terdiri dari 7 ruang dan 4 lanjar serta beratapkan ijuk dengan motif runcing menyerupai tanduk kerbau yang disebut gonjong. Tiang dan dinding rumah gadang terbuat dari kayu, sedangkan lantainya terbuat dari bambu.


Hal yang membuat rumah tuo ini spesial dan dijadikan sebagai situs cagar budaya dan salah satu objek wisata oleh pemerintah Sumatera Barat adalah keunikan dalam pembangunannya. Konon katanya rumah tuo ini dibangun tanpa menggunkan paku sama sekali. Tidak terbayangkan bagi saya bagaimana cara menggabung-gabungkan kayu tanpa menggunakan paku, karena setahu saya, dimana ada kayu biasanya ada paku. Dan hal tersebut dilakukan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sungguh luar biasa sekali.

Menurut salah seorang datuak, sebutan untuk tetua rumah gadang, yang saya temui saat berkunjung, pembangunan rumah gadang dilakukan menggunakan sistem pasak dan sistem ikat. Sistem pasak dibuat dengan membentuk pola tertentu pada kayu yang digunakan sebagai tiang dan balok kayu yang digunakan sebagai dasar lantai, keduanya kemudian dirangkai satu sama lain membentuk struktur. Struktur tersebut konon katanya dapat tahan terhadap gempa bumi karena dapat bergerak seperti engsel. Sementara itu, sistem ikat digunakan dalam merangkai atap yang terbuat dari ijuk. Ijuk sendiri terbuat dari tanaman aren, tepatnya tumbuh diantara pelepahnya. Atap ijuk juga memberikan kesan alami dan sejuk. Selain itu, ijuk dapat bertahan sangat lama, antara 15-50 tahun, tergantung kondisi lingkungan.

Sistem pasak pada rumah gadang. (sumber : http://www.academia.edu/)

Sistem ikat pada ijuk untuk dijadikan atap. (sumber :http://1.bp.blogspot.com)

Saya kembali memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Rumah Tuo Kampai Nan Panjang ini beberapa waktu lalu saat pulang kampung. Dan saya tetap terpesona dengan keindahannya. Setibanya di lokasi, saya dibuat terkagum-kagum oleh kondisi lingkungannya yang masih asri dan hijau. Hamparan sawah luas yang terbentang hijau yang terletak persis di depan rumah tuo sukses menyejukkan mata saya. Saat berbalik menuju gerbang pintu masuk, pemandangan rumah tuo yang terlihat antik dengan dinding berwarna hitam dan ijuk yang juga berwarna hitam membuat saya berdecak kagum. Ditambah dengan barisan pohon kelapa di belakang rumah tuo yang menyempurnakan keindahannya. Saya langsung siaga mengabadikan momen sebelum lantas berjalan masuk.

Rumah Tuo Kampai Nan Panjang yang tampak api berwarna hitam, ditambah barisan pohon kelapa di belakangnya.

Saya berjalan diatas susanan batu yang berakhir di tangga menuju rumah gadang. Tangga rumah gadang di kampung saya adalah salah satu hal yang unik dan cukup berbahaya menurut saya. Tangga ini posisinya lumayan tegak, dengan anak tangga yang kecil dan berjarak cukup jauh. Sama sekali tidak memenuhi standar keselamatan. Terlebih lagi tidak adanya railing, yang dapat digunkan sebagai tempat berpegangan atau bertumpu. Kasihan sekali bagi anak-anak dan orang tua yang harus melewati tangga tersebut. Saya masih ingat dulu betapa kesusahannya nenek saya yang bertubuh gempal untuk menghadiri acara yang digelar diatas rumah gadang meski telah dibantu.

Kami berjalan di susunan batu menuju tangga rumah.

Setelah mengeluarkan tenaga yang cukup besar untuk menaiki tangga, akhirnya saya berdiri di depan pintu. Hawa sejuk menghampiri saya, berbeda sekali dengan kondisi di luar. Saya lantas mengedarkan pandangan berkeliling. Saya dapat melihat sebuah buku tamu dan kotak diatas sebuah peti tertutup dibagian kiri saya. Pengunjung tidak dipungut bayaran tertentu, akan tetapi pengunjung dapat secara sukarela memberikan sumbangan ke dalam kotak yang disediakan. Saya lantas melepas sepatu saya dan meletakkannya di area depan pintu sebelum berkeliling untuk melihat-lihat.

Area bagian dalam rumah, khususnya tiga lanjar bagian depan merupakan ruangan lepas, sedangkan lanjar keempat terdiri dari kamar-kamar. Karena rumah gadang ini terdiri dari 7 ruang, kamarnya juga berjumlah sama. Rumah ini juga tidak memiliki loteng. Saya dapat dengan jelas melihat atapnya yang melancip keatas membentuk gonjong. Sedangkan Area lantai rumah gadang tidak sama rata, terdapat bagian yang sedikit lebih tinggi dari yang lain. Lantai tersebut terbuat dari bambu yang diolah sedemikian rupa hingga mencapai selebar keramik. Dan uniknya saat saya berpinjak diatasnya, saya tidak merasa kawatir karena lantai tersebut sangat kokoh. 

Ilustrasi lantai rumah gadang yang terbuat dari bambu. (sumber : https://1.bp.blogspot.com/)

Tidak banyak yang dapat saya temukan di area bagian kiri, terdapat beberapa pemuda yang tengah bergelung dalam selimut. Entah kenapa mereka tertidur disini. Sebagian tampak bangun karena kehadiran kami. Saya lantas berjalan ke arah kanan rumah tuo. Saya menemukan dapur tradisional yang berbentuk tungku dan beberapa peralatan masaknya. Kayu digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak menggunakan tungku itu.

Saya berjalan semakin jauh kearah kanan dan melangkahkan kaki menaiki undakan karena perbedaan tinggi lantai. Disana saya menemukan sebuah lemari yang berisi pakaian adat daerah minang kabau, lengkap dengan hiasan kepala berupa suntiang untuk perempuan dan saluak/deta untuk laki-laki. Menurut datuak, pakaian adat tersebut dapat disewa jika terdapat pengunjung yang ingin berfoto menggunakan pakaian tersebut. Selain itu juga terdapat beberapa pajangan kerajinan dan peralatan tradisional minang kabau seperti talempong dan pentungan yang terbuat dari bambu.

Ketika ada teman yang bertanya tentang objek wisata di kampuang saya, rumah tuo ini tak pernah luput menjadi bahan promosi saya. Saya merasa bangga dengan adat dan kebudayaan yang terdapat di kampuang saya, Balimbiang. Rumah Tuo Kampai Nan Panjang ini merupakan satu-satunya rumah gadang yang dijadikan sebagai cagar budaya dan objek wisata di Nagari Balimbiang. Tempat ini juga tentu saja dapat menjadi tujuan wisata menarik bagi teman-teman. 

(DBY/2017)

1 comment: