Instagram

Friday

KIJP Batch 6 : Persiapan Berlayar

December 29, 2017 0 Comments
Captured by Bang Jerry
Pada awal bulan Agustus lalu, pendaftaran relawan Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP) dibuka. Saya bersorak girang kala itu saat melihat pengumumannya muncul di timeline instagram saya. Saya memang telah mencari tahu sekaligus follow instagram KIJP selama beberapa waktu.

Untuk teman-teman yang masih belum tahu mengenai KIJP, saya akan jelaskan sedikit berdasarkan pengalaman keikutsertaan saya di KIJP 6 bebeberapa waktu lalu. KIJP adalah sebuah komunitas berbasis kerelawanan. Mengadopsi dari kelas inspirasi dimana relawan bercerita mengenai profesinya kepada murid sekolah dasar. Bedanya, KIJP memiliki sasaran untuk sekolah dasar di pulau-pulau. KIJP 6 kemarin telah berlayar ke Kepulauan Seribu dan Banten dan juga Kepulauan Karimun Jawa.

Pendaftaran 

Saya lantas meng-klik tautan pendaftaran yang disediakan. Butuh beberapa waktu bagi saya untuk melengkapi formulir yang berisikan mengenai data diri, penjelasan pekerjaan saya dan cara saya meceritakan pekerjaan saya ke adik-adik di SD nantinya, pengalaman mengikuti kegiatan serupa, motivasi saya mengikuti KIJP, pilihan pulau yang saya inginkan serta kesediaan membayar sejumlah dana untuk akomodasi dan transportasi yang diperlukan. Setelah melakukan pengecekan ulang beberapa kali, saya akhirnya memberanikan diri untuk meng-klik tombol kirim. Sebuah notifikasi pendaftaran masuk ke surel saya pada 31/8.



Selama lebih dari seminggu saya harap-harap cemas dalam penantian. Saat itu, saya tidak terlalu yakin apakah saya akan diterima atau tidak. Saya sempat melakukan pendaftaran kelas inspirasi beberapa waktu sebelumnya, akan tetapi saya harus bersedih hati karena belum diterima. Akhirnya tepat dihari kesebelas pada 11/9, sebuah notifikasi surel masuk di gawai saya. Seulas senyum lebar tak henti terukir di bibir saya saat mata saya menyapu badan surel khususnya pada dua kata yang ditulis dengan huruf besar dan bercetak tebal “ANDA TERPILIH”. Saya tak kuasa menghentikan diri saya loncat-loncat kegirangan. Sampai-sampai teman kerja saya terheran-heran. Tapi saya tidak peduli.



Setelah euforia kesenangan saya sedikit berkurang, saya meneliti satu persatu perjelasan dan instruksi yang diberikan di surel pengumuman tersebut. Saya lantas melakukan konfirmasi kehadiran untuk kegiatan “Training For Trainers (TFT)” yang akan diselenggarakan 2 minggu kemudian dengan mengisi formulir pada tautan yang diberikan. Selanjutnya saya melakuan pembayaran commitment fee sebanyak 40% dari pembiayaan yang disepakati dengan cara transfer ke rekening yang tertera pada surel.



Training For Trainer (TFT)

Dua minggu berlalu, TFT pun tiba. Di Sabtu (23/9) yang cerah kala itu, saya yang biasanya bangun siang memaksakan diri membuka mata dan menyeret tubuh saya menuju Gedung Sumber Daya Air, Kementrian PRUR yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Membutuhkan waktu lebih dari satu jam bagi saya dengan menggunakan Commuter Line dan Taxi Online menuju tempat TFT tersebut. Sebelum berangkat, saya menyempatkan diri untuk berbelanja beberapa makanan yang akan saya bawa sebagai potluck.

Saya turun persis di depan gerbang Gedung Sumber Daya Air. Saat bertanya posisi pintu masuk gedung kepada security yang bertugas, saya diminta untuk mengikuti beberapa teman yang tadi telah terlebih dahulu bertanya. Sedikit bergegas saya berlari kecil menyejajarkan langkah dengan teman tersebut. Kami berkanalan singkat sekedar saling bertukar nama. Saya lantas menanyakan apakah mereka datang untuk tujuan TFT KIJP. Setelah teman tersebut mengangguk mengiyakan, kami lalu berbarengan menuju tempat kegiatan yang berada di lantai 8 gedung.

Sebuah banner “Selamat Datang Relawan” menyambut kami begitu keluar dari lift. Dekorasi kapal dan ombak serta back drop banner sebagai latar berfoto yang dilengkapi dengan beberapa hal yang berkaitan dengan ASIK (Anak Santun Itu Keren)—tema yang diusung pada KIJP 6—seperti tolong, sapa, terima kasih, hormat dan senyum. Dekorasi ini berujung di meja registrasi. Saya lantas berdiri dibelakang barisan untuk melakukan registrasi. Setelah membubuhkan tanda tangan di daftar hadir, saya diminta untuk menuliskan nama saya di dua stiker berbeda. Satu ditempelkan di dada sebagai pengenal, sedangkan yang satu dibutuhkan untuk keperluan games.







Saya lantas bergegas memasuki ruangan aula. Ternyata sudah cukup banyak yang datang. Saya duduk di salah satu area yang masih kosong, lantas berkenalan dan beramah tamah dengan teman-teman di sekitar saya. Tak lama berselang, 2 orang pembawa acara yang cantik dan ganteng mengalihkan perhatian kami untuk berpusat pada mereka, menandakan TFT pagi itu resmi di mulai. Pembukaan acara dari kedua MC ini berupa obrolan ringan yang diselingi permainan yang mengundang gelak setiap peserta yang hadir. Selanjutnya diiringi dengan acara sedikit formal berupa sambutan-sambutan seperti dari Kapten KIJP, Koordinator KIJP 6 dan juga Dinas Pendidikan Kepulauan Seribu.
Dekorasi panggung TFT


Materi inti TFT berupa pengenalan gaya belajar masing-masing relawan dimulai menjelang siang. Kakak-kakak cantik nan ceria yang memperkenalkan diri mereka dengan cara yang unik, akan  membawakan materi kala itu. Pertama-tama masing-masing relawan diminta mengidentifikasi gaya belajarnya dengan memilih 24 item yang telah disiapkan. Kombinasi dari 24 item ini akan mengelompokkan relawan dengan gaya belajar yang sama. Gaya belajar tersebut diantaranya auditory, visual, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan lain sebagainya. Masing-masing kelompok kemudian berdiskusi mengenai kekuatan dan kelemahan cara belajar mereka. Setelah itu masing-masing anggota kelompok disebar untuk mendengarkan penjelasan kelompok lain sebelum kemudian kembali ke kelompok awal untuk berbagi semua informasi yang didapat.

Menurut penuturan kakak-kakak trainer, hal ini kurang lebih bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa nantinya masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda. Satu metode belajar bisa efektif pada siswa yang satu, tapi belum tentu sesuai dengan siswa yang lain. Sesi ini ditutup dengan pemutaran videoMake a Difference : Teddy Stallard”. Video ini sangat menyentuh sampai mata saya memanas. Terdapat satu quote yang sangat berbekas bagi saya yaitu: “You can never tell what type of impact you may have in another’s life by your action or lack of action.

Sesi dilanjutkan dengan materi pertolongan pertama pada kecelakaan. Materi disampaikan dalam bentuk kuis menggunakan kahoot.it. Semua relawan diminta log in ke room dengan password yang diberikan. Masing-masing materi dijelaskan setelah pertanyaannya muncul. Relawan dengan jawaban yang tepat dan cepat akan memperoleh skor yang tinggi. Tiga relawan beruntung dengan skor tertinggi di akhir sesi mendapatkan hadiah menarik dari panitia.

Materi mengenai anak berkebutuhan khusus (abk) mengisi sesi selanjutnya. Berdasarkan pengalaman pada KIJP sebelumnya abk bersekolah di sekolah negeri yang didatangi KIJP, sehingga relawan dirasa perlu pengetahuan dasar untuk menghadapi abk. Pada sesi ini dijelaskan mengenai jenis-jenis abk seperti attention defisit disorder with hyperactive (ADHD), autism, asperger disorder (AD), slow learner dan lain-lain. Beberapa relawan juga bercerita mengenai pengalamannya menghadapi abk. Dan tentu saja yang paling penting yaitu tips dan trik yang nantinta bisa digunakan untuk menghadapi abk.

Setelah sebelumnya diselingi oleh permainan mengurutkan angka yang seru sekali, sesi TFT siang itu ditutup dengan penjelasan mengenai keberangkatan menuju pulau dan briefing kelompok. Pembagian kelompok telah diberitahukan melalui tempelan kertas di dinding-dinding yang sudah dapat dilihat sejak waktu makan siang. Saya tergabung dalam SD Kelapa 01 Pagi dengan PIC pulau Kelapa bernama Kak Rezki. Setelah duduk membentuk lingkaran bersama kelompok SD Kelapa 02, kami mulai memperkanalkan diri satu per satu. Pada perkenalan singkat berupa nama, pekerjaan dan apakah sudah pernah ikut KIJP atau KI sebelumnya. Pada pertemuan tersebut juga dipilih ketua dan bendahara kelompok dari SD 01 Pagi Pulau Kelapa.

Rencana Keberangkatan.

Logo Pulau Kelapa


Persiapan Kelompok SD 01 Pagi Pulau Kalapa

Setelah berkumpul dan berkenalan singkat pada saat TFT, ketua kelompok terpilih mengundang saya untuk bergabung di grup WhatsApp (WA). Melalui grup WA tersebut dibuat kesepakatan untuk melaksanakan virtual meeting sebanyak 3 kali seminggu yaitu pada Senin, Rabu dan Jumat pada pukul 20.00 -22.00 WIB dan pertemuan tatap muka sebanyak 2 kali sebelum keberangkatan.
Pada virtual meeting di group WA tersebut terbentuklah organisasi yang istilahnya untuk pembagian tugas masing-masing orang. Mulai dari tim acara, tim akomodasi, tim perlengkapan (spanduk, nametag relawan dan siswa), dan lain sebagainya. Melalui virtual meeting tersebut juga ketua kelompok memantau progres tugas yang diberikan kepada masing masing-masing tim. Rencana dari tim dilempar ke grup untuk didiskusikan bersama sehingga nantinya didapatkan kesepakatan bersama.

Banner SDN Kelapa 01

Kartu Post tampak depan

Kartu pos tampak depan

Name tag Relawan


Saya tergabung dalam tim acara sekolah membuat lagi grup kecil sendiri untuk mendiskusikan mengenai acara. Hal yang paling krusial dari tim acara adalah opening, rundown kegiatan dan juga closing dari kegiatan. Opening yang kami rencanakan berupa flashmob menari bersama. Rundown berupa rentetan waktu menit per menitnya dari opening hingga closing kegiatan. Sedangkan closing berupa penampilan angklung dari salah satu relawan bersama dengan siswa.

Pertemuan tatap muka pertama diadakan bersamaan dengan kelompok dari SD Kelapa 02. Hal tersebut terkait juga dengan koordinasi acara masyarakat yang akan diadakan nanti. Disepakati bahwa acara Rangking 1 dipilih untuk anak-anak sedangkan orang dewasa atau ibu-ibu mendapatkan pelatihan singkat Bahasa Inggris. Selain itu, disepakati juga mengenai akomodasi berupa penginapan yang akan digunakan bersama di Pulau Kelapa nanti.

Meeting tatap muka pertama tim Pulau Kelapa. Kebetulan saya tidak bisa ikut.
Pertemuan kedua dilaksanakan satu minggu sebelum hari H. Persiapan akhir berupa pembuatan nametag siswa/relawan dari kertas karton yang berbentuk seperti kapal. Nametag ini dipasang dengan seperti bandana di kepal. Selain itu, fiksasi mengenai acara seperti gerakan flashmob opening dan closing juga dibicarakan disini. Setelah semuanya terfiksasi, tinggal proses latihan atau geladi yang akan dilaksanakan di pulau, ketika semua relawan telah berkumpul.






Semua hal yang berkaitan dengan kelompok sudah dipersiapkan semaksimal mungkin. Masing-masing tim mengeksekusi bagiannya sesuai dengan kesepakatan pada virtual meeting di grup WA. Saya selanjutnya hanya perlu fokus untuk mempersiapkan persiapan personal berupa metode penyampaian materi saya kepada adik-adik. Dan juga persiapan properti yang akan membantu mereka untuk lebih memahami pekerjaan saya.


Saya tak sabar untuk segera berlayar. Sampai bertemu adik-adik SD 01 Pagi Pulau Kelapa. :)


(DBY/2017)

Thursday

International Conference of Occupational Health and Safety (ICOHS) 2017 : A Participation Story

December 28, 2017 0 Comments
ICOHS 2017

Beberapa waktu yang lalu, keberuntungan tampaknya berpihak kepada saya. Pada sebuah acara pertemuan alumni, saya memenangkan door prize berupa voucher untuk menghadiri ICOHS 2017. ICOHS yang merupakan akronim dari International Conference of Occupational Health and Safety adalah sebuah forum yang diinisiasi oleh Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia bekerjasama dengan Pusat Kajian dan Terapakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PKTK3) untuk mengumpulkan akademisi, peneliti, praktisi, industri, dan pembuat kebijakan dalam rangka menghadapi tantangan global dunia Keselamatan dan Kesehatan Kerja. ICOHS 2017 yang mengusung tema “Occupational Health and Safety Trends and Challenges in Developing Countries” ini dilaksanakan di Bali pada 1-2/11 yang lalu.

Tanpa berpikir panjang, saya memutuskan untuk ikut. Apalagi setelah mendengarkan promosi singkat ICOHS selama pertemuan alumni langsung dari ketua panitianya. Terlebih lagi saat diberitahukan banyak pembicara hebat dari berbagai belahan dunia yang sudah pasti ahli dibidangnya akan berbagi ilmu di sana. Saya lantas mengontak beberapa teman untuk menanyakan keikutsertaan mereka. Alhasil, mereka memberikan saya beberapa kotak temannya yang juga akan mengikuti ICOHS. Setelah bertukar sapa, kami pun bersepakat untuk memesan transportasi dan akomodasi yang sama.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kami bergegas bersiap-siap menuju venue ICOHS 2017 yaitu Discovery Kartika Plaza Hotel yang terletak di Jl. Kartika Plaza, Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Kami juga menyempatkan diri untuk menikmati sejanak suasana pantai Kuta yang menjadi salah satu ikon wisata Bali yang berlokasi persis di belakang hotel. Menikmati semilir angin, deru ombak dan hamparan pasir putih dan batu karang. Kami berpapasan dengan wisatawan yang juga tengah melakukan hal yang sama.

Suasana pantai Kuta di pagi hari yang persis berlokasi di belakang hotel Discovery Kartika Plaza
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 WITA. Kami lantas bergegas menuju Kharisma Ballroom Foyer untuk melakukan registrasi. Saya menemukan barisan yang sudah mengular di meja registrasi. Saya lantas ikut antri di bagian belakang. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tiba giliran saya juga. Setelah mengisi data diri dan diberikan name tag sebagai tanda pengenal, saya diarahkan ke meja sebelah untuk mengambil goodie bagGoodie bag berwarna biru tersebut berisikan buku panduan ICOHS 2017 dan juga souvenir berupa kain Bali. Saya lantas bergegas memasuki ruangan.
Spanduk conference yang terdapat di lobi hotel.
Meja registrasi.
 
Suasana ruangan konfrensi pagi itu.
Acara hari itu dimulai dengan pembukaan oleh MC, lalu dilanjutkan dengan opening ceremony. Tamu-tamu kehormatan yang merupakan speaker dari ICOHS 2017 diarak menuju panggung menggunakan tarian dan musik tradisional Bali. Setelah duduk di tempatnya masing-masing, mereka diperkenalkan satu per satu. Selanjutnya memasuki acara formal berupa sambutan dari ketua panitia, pihak akademik FKM UI dan sambutan sekaligus pembukaan secara resmi oleh Dekan FKM UI, dr. Agustin Kusumayanti, M.Sc., PhD.

Opening ceremony dengan menampilkan tarian tradisional Bali.





Sesi ICOHS pagi itu dibuka oleh keynote speaker pertama, Director Technical and Environmental of Oil and Gas, Directorat General of Oil and Gas, Republic Indonesia yaitu Dr. Ir. Patuan Alfon Simanjuntak, M.K.K.K dengan materi Regulating Oil and Gas Industry : Securing Safe and Sustainable Operation dengan sub materi HSE Regulation and Its Impact Toward The Oil and Gas Industry. Pada kesempatan itu, dilakukan pula pengukuhan Iluni K3 FKM UI dengan Pak Alfon sebagai ketua terpilih oleh Ibu Dekan.

Keynote speaker : Bapak Patuan Alfon.

Pengukuhan Iluni K3 FKM UI oleh Ibu Dekan.
Selanjutnya keynote speaker kedua adalah drg. Kartini Rustandi, M.Kes, Director for Occupational Health and Sports, Ministry of Health, Republic Indonesia. Disini disampaikan mengenai langkah strategis Kementrian Kesehatan dalam mewujudkan kesehatan keluarga melalui pilar-pilar yaitu Paradigma Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan. Seluruh peserta di dalam ruangan diminta untuk mempraktekkan beberapa gerakan streching yang bisa di praktikkan sehari-hari untuk mencegah terjadinya fatigue akibat kerja.

Keynote speaker kedua : drg. Kartini
Para peserta antusias mempraktekan peregangan seperti video yang ditunjukkan drg. Kartini
Setelah coffee break lebih kurang 30 menit, sesi dilanjutkan dengan plenary pertama yang membicarakan mengenai Human Factors Approach in Accident Analysis and Prevention. Sesi dibuka oleh Prof. Dra. Fatma Lestari, MSi, PhD sebagai moderator yang kemudian memperkenalkan tiga orang ahli yang akan mengisi sesi ini. Dr. Drew Rae, Manager of the Safety Science Innovation Lab, Griffith University membahas materi mengenai Developing Safety without Overdeveloping Bereaucracy. Karena salah satu penyebab masih kurangnya pengimplemantasian K3 adalah karena birokrasinya yang masih menyulitkan pelaksanaan di lapangan. Selanjutnya panggung dikuasai oleh Capt. Nurcahyo Utomo atau yang akrab dipanggil Ray dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Capt. Ray berbicara mengenai Human Factor Approach in KNKT : Aviation Investigation Analysis. Capt Ray mengambil kasus Air Asia QZ 8501 sebagai contoh investigasi dengan menggunakan metode ORLIO hingga didapatkan root cause dari accident tersebut. Berdasarkan hasil investigasi tersebut diberikan rekomendasi perbaikan untuk maskapai terkait khususnya dan juga maskapai lainnya yang beroperasi di Indonesia. Pembicara terakhir yang memegang kendali adalah salah seorang dosen dari departemen k3 FKM UI, Bapak Ridwan Z Sjaaf, MPH atau yang akrab disapa Papi. Papi menjelaskan mengenai Human Behaviour and Human Factor in Occupational Health and Safety, sesuai dengan bidang mata kuliah yang diajarkannya di kampus. Sesi lalu diakhiri setelah tanya jawab interaktif dengan peserta conference.

Plenary pertama.
Seusai bersantap siang, semua peserta kembali berkumpul di Kharisma Ballroom untuk mengikuti plenary kedua yang membahas tentang Work Design Related with Fatigue and Musculoskeletal Symptom. Prof. Akira Yasukouchi dari Kyusu University, Jepang membuka sesi siang itu. Beliau mempresentasikan penelitiannya terkait kondisi-kondisi pekerja shif malam yang tentu akan mempengaruhi produktifitas pekerja tersebut. Selanjutnya President of the Human Factor and Ergonomic Society of Australia (HFESA), Dr. Margaret Cook membicarakan tentang The Impact of Hand Held Technology on Musculoskeletal Symptom within the Workplace. Pembicara terakhir merupakan salah seorang dosen dari departemen K3 FKM UI, Baiduri Widanarko, Ph.D. Pada kesempatan ini Ibu Uri, panggilan akrab beliau, membagikan penelitiannya yang berkaitan dengan ergonomi. Sesi ditutup dengan tanya jawab dari peserta yang dipimpin oleh moderator Indri Hapsari Susilowati, SKM, M.K.K.K, Ph.D.
Plenary kedua.
Para peserta selanjutnya diinstruksikan untuk mengikuti oral presentation 7 ruangan berbeda. Berbagai topik di bahas oleh berbagai absract yang masuk seperti Human Factor and User Center Design, Insdustrial Hygiene, Occupational Health Program, Occupational Safety & Process Safety Management, Public Safety dan Worker Health Promotion. Setelah membaca judul penelitian pada buku panduan dan berkeliling ke beberapa ruangan, saya memilih untuk bergabung di ruangan Yudistira yang membahas Public Safety. Beberapa penelitian terkait Emergency Management di lingkungan kampus, kawasan industri dan rumah sakit dibahas di sini. Selain itu penelitian terkait Road Safety dan korosi pada pipa gas di offshore juga menarik untuk disimak. Pertanyaan-pertanyaan juga bermunculan dari peserta yang hadir karena materi yang disampaikan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.


Salah satu peserta oral presentation di Yudistira Room.  
Tak terasa waktu bergulir dengan cepat. Sesi hari pertama pun berakhir menjelang sore. Saya dan teman-teman bergegas menuju pantai di bagian belakang hotel. Kami turut menjadi saksi indahnya semburat senja di pantai Kuta yang tersohor pada sore itu.





Memasuki hari kedua sekaligus hari terakhir, sesi pagi itu memasuki plenary ketiga yang membahas mengenai Current Safety Culture Issue yang dipimpin oleh Dr. Chandra Satrya, m.App.Sc sebagai moderator. Sesi ini diisi ole Prof. Patrick Hudson dari Leiden University, Dr. Zulkifli Djunaidi dari Departemen K3 FKM UI dan Feri Sri Wibowo, MM dari Pertamina Hulu Indonesia. Prof. Patrick membahas mengenai Safety Culture Model yang digagasnya, Pak Zul membahas Safety Culture dari sisi akademis dan Pak Feri membahas Safety Culture yang diterapkan di perusahaannya. Sesi diakhiri dengan antusiasme peserta untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada para pembicara.



Plenary ketiga.
Setelah diselingi dengan coffee break, sesi dilanjutkan dengan symposium paralel dengan 4 materi berbeda diantaranya Thermal Environment for Good Workplace, The Evaluation of Lifestyle and Daily Work, Safety Transportation dan Current Issue on OHS. Saya memilih untuk mengikuti symposium mengenai The Evaluation of Lifestyle and Daily Work yang diisi oleh Prof Shigekazu Higuchi dari Kyusu University, Dr. Shingo Kitamura dari National Centre of Neurogy and Psychiatry, serta Prof. Fatma Lestari dan Dr. Robiana Modjo dari Departemen K3 FKM UI. Masing-masing pembicara mempresentasikan penelitian yang dilakukannya. Symposium ini berlangsung hingga makan siang.

Salah satu presentasi symposium parelel.
Sesi terakhir siang itu diisi oleh plenary keempat yang membahas mengenai Improving Worker Health in The Workplace. Ibu Dr. Robiana Modjo sebagai moderator membuka sesi dengan memperkenalkan para pembicara. Mereka adalah Mr. Sharad Adhikary dari WHO, Fatar Yani Abdurrahman dari SKK Migas dan Prof Meily Kurniawidjaja dari Departemen K3 FKM UI.

Plenary keempat.
Sesi selanjutnya adalah oral presentasion di hari kedua ini. Terdapat 6 tema berbeda di 8 ruangan diantaranya Human Factor and User Center Design, Industrial Hygiene, Occupational Health Program, Public Safety, Occupational Safety dan Macro Ergonomi. Saya memilih untuk mengikuti presentasi tentang Public Safety di Nakula Room. Berbagai penelitian mengenai Indutrial Emergency, Hospital Safety, Home Safety dan Safety Driving dikemukan disini. Hasil yang didapatkan sangat menarik sehingga mengundang atensi peserta yang hadir untuk mengajukan pertanyaan.

Memasuki istirahat untuk coffee break, peserta mulai dapat mengambil sertifikatnya di meja registrasi. Saya dan teman-teman bergegas mengambil antrian sebelum mengular. Selanjutnya memasuki sesi terakhir berupa award announcement dan closing ceremony. Saya dapat melihat bahwa hanya sebagian kecil peserta yang mengikuti sesi ini. Sebagian dari mereka ada  yang memilih mengunjungi tempat wisata atau menuju bandara untuk mengejar pesawat pulang. Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi kesumringahan yang tergambar pada wajah para pemenang yang maju ke panggung untuk menerima hadiah mereka. Conference selama dua hari ini kemudian resmi di tutup oleh panitia.

ICOHS adalah konfrensi internasional pertama yang saya ikuti. Dan sangat menyenangkan sekali dapat berkumpul dan membahas issue terkini dengan orang-orang hebat yang satu bidang dengan saya. Keselamatan dan Keselamatan Kerja. Saya termotivasi untuk terus belajar dan terus tumbuh menjadi lebih baik.

(DBY/2017)





Sunday

Menjelajah Ruang Angkasa di Planetarium

December 10, 2017 0 Comments

Planetarium menjadi salah satu usulan utama dengan suara terbanyak, saat saya dan teman-teman menggagas untuk berkunjung ke museum. Karena sedang ada renovasi pada planetarium yang akan kami kunjungi berdasarkan penelusuran yang kami lakukan secara online, maka kami memutuskan untuk menunda kunjungan kami kala itu.

Beberapa waktu yang lalu, teman-teman saya sempat mengunjungi planetarium yang terletak di kawasan Taman Ismail Marzuki yang beralamat di Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Akan tetapi mereka kehabisan tiket pertunjukan teater bintang. Berdasarkan informasi yang mereka himpun, pertunjukan dilaksanakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB.

Hujan rintik-rintik sejak pagi pada Minggu, 27/11 lalu, tak menghalangi rencana  saya dan teman-teman saya untuk mengagendakan kembali kunjungan kami ke planetarium. Kami memutuskan untuk mengikuti pertunjukan pada pukul 14.00 WIB. Belajar dari kunjungan sebelumnya yang kehabisan tiket, kami berencana untuk datang lebih awal. Dan benar saja, saya menemukan antrian mengular ketika tiba di lokasi. Apalagi terdapat peraturan tidak tertulis yang menyebutkan bahwa masing-masing pengantri hanya boleh membeli maksimal 3 buah tiket. Untung saja 2 orang teman saya telah tiba lebih dulu dan langsung mengambil antrian. Dan entah bagaimana caranya, mereka berhasil mendapatkan 7 buah tiket. Untuk pertunjukan yang akan dimulai pukul 14.00 WIB, kami diharuskan untuk memasuki ruangan teater setengah jam sebelumnya.

Antrian di loket pembelian karcis.

Suasana ruang area ruang tunggu planetarium.
Kami yang belum sempat bersantap siang, memutuskan untuk mampir di kantin pujasera yang terletak tak jauh dari gedung planetarium untuk mengisi perut. Masih terdapat beberapa waktu sebelum pertunjukan. Berbagai macam menu disediakan oleh beberapa kantin disini. Udara yang dingin karena hujan rintik-rintik yang tak kunjung berhenti, membuat saya dan teman-teman memesan sesuatu yang dapat menghangatkan tubuh kami. Saya dan seorang teman memilih menu soto daging, sedangkan teman yang lain memilih untuk memesan mie rebus dan juga mie goreng.

Tepat pukul 13.30 WIB, kami bergegas kembali ke area planetarium. Kami menemukan antrian kembali mengular di area tangga menuju ruangan pertunjukan teater bintang yang terletak di lantai 2 bangunan. Walau petugas telah membuka antrian di 2 jalur berbeda, akan tetapi pengunjung yang antri masih berdesak-desakan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tidak adanya nomer kursi pada tiket. Jadi prinsipnya siapa cepat, dia dapat.

Saking banyaknya pengunjung yang datang, terdapat tiket lesehan. Artinya tiket telah terjual sebanyak kapasitas kursi teater, akan tetapi masih banyak pengunjung yang belum kebagian tiket. Pengunjung kategori ini akan duduk di lantai teater selama pertunjukan berlangsung. Mereka yang memiliki tiket ini diinstruksikan untuk masuk setelah pemegang tiket kursi masuk terlebih dahulu, akan tetapi mereka malah turut berdesakan sebelum giliran mereka. Petugas yang mengetahui kondisi ini kembali mengingatkan mereka untuk menunggu sejenak hingga gilirannya tiba.

Setelah menyerahkan tiket untuk disobek oleh petugas, saya bergegas menaiki tangga menuju ruangan teater. Begitu memasuki ruangan, saya mengedarkan pandangan kesemua penjuru untuk mencari kursi yang masih kosong. Teman saya melambaikan tangannya mengarahkan kami menuju arah kanan dari pintu masuk. Terdapat 7 buah kursi kosong di sana. Akan tetapi, salah satu kursi rusak sehingga seorang teman saya harus duduk terpisah pada kelompok kursi tengah, walaupun masih dalam satu baris dengan tempat duduk kami. Kami menunggu sekitar 20 menit hingga semua pengunjung termasuk yang mendapatkan tempat duduk di lantai sumuanya masuk.

Kami duduk berderet dengan 1 orang teman yang harus terpisah.

Pertunjukan dimulai tepat pukul 14.00 WIB. Ruangan seketika menjadi gelap gulita bersamaan dengan suara kakak pemandu terdengar mengudara. Pertama-tama, kakak pemandu menjelaskan beberapa peraturan yang wajib dipatuhi selama pertunjukan berlangsung seperti hanya boleh keluar ruangan teater melalui pintu timur, larangan menggunkan benda bercahaya seperti blitz pada telepon genggam atau camera dan juga anjuran untuk tetap tenang selama pertunjukan berlangsung.

Kakak pemandu lalu mengajak kami mengamati langit Jakarta di malam hari. Ikon Jakarta seperti monas berganti dengan langit malam yang berkabut. Menurut penuturan kakak pemandu, kabut tersebut berasal dari polusi  yang menyelimuti kota Jakarta. Namun ketika kabut tersebut disingkirkan, kerlap kerlip bintang yang sangat indah tampak menghiasi langit Jakarta. Decak kagum sontak terdengar memenuhi ruangan teater. Selanjutnya kakak pemandu menjelaskan tentang rasi bintang yang terbentuk dari gugusan bintang tersebut seperti pegasus, pisces, scorpion dll. Decak kagum kembali terdengar disekeliling saya.

Selanjutnya kakak pemandu mengajak kami berperan sebagai astronut untuk mengenali benda-benda di tata surya kita. Sebuah pesawat luar angkasa yang ceritanya membawa kami menuju ruang angkasa melintas cepat dari barat menuju timur. Sebagian kecil matahari tampak malu-malu di ufuk timur. Menurut kakak pemandu, jika matahari diperlihatkan secara utuh, maka planet-planet termasuk bumi ukurannya akan sangat kecil. Kakak pemandu lalu menjelaskan satu per satu planet, mulai dari planet Merkurius yang letaknya paling dekat dengan matahari. Lalu dikuti oleh Venus diurutan kedua. Bumi sebagai tempat tinggal kita menempati urutan ketiga. Selanjutnya disusul oleh planet Mars yang dikenal dengan planet merah di urutan keempat. Urutan kelima diduduki oleh planet terbeasar di tata surya yaitu planet Jupiter. Saturnus, planet yang memiliki cincin yang indah menempati urutan selanjutnya. Dan terakhir planet yang dikenal sebagai planet kembar yaitu Uranus dan Neptunus. Jika sebelumnya terdapat planet Pluto, maka sekarang Pluto tidak lagi menjadi planet di tata surya kita.

Kakak pemandu juga menjelaskan mengenai gerakan planet-planet mengelilingi porosnya dan juga mengelilingi matahari. Beberapa planet juga memiliki satelit seperti Bumi yang memiliki Bulan sebagai satelitnya. Jupiter memiliki 16 satelit dengan IO, Europa, Ganymede dan Calisto sebagai 4 satelit terbesarnya. Selanjutnya saturnus memiliki 9 satelit yaitu Mimas, Enceladus, Thetys, Dionis, Rhea, Titan, Hiperion, Lapetus dan Phoebe. Sedangkan Uranus memiliki 5 satelit yaitu Miranda, Umbriel, Ariel, Titania dan Oberion. Dan terakhir Neptunus memiliki 2 satelit yang diberi nama Triton dan Nereid.

Selanjutnya kakak pemandu menjelaskan tentang komet atau disebut juga bintang berekor. Dijelaskan juga mengenai meteoroid yang jatuh ke atmosfer bumi atau dikenal dengan bintang jatuh. Meteoroid yang tidak habis terbakar mencapai permukaan bumi menghasilkan meteorit membentuk suatu kawah seperti yang pernah terjadi di Jepang berpuluh tahun yang lalu.

Pertunjukan kala itu ditutup dengan melesatnya kembali pesawat  luar angkasa yang kami tumpangi menuju bumi. Waktu 50 menit berlalu tanpa terasa. Penerangan di dalam ruangan dihidupkan kembali. Satu per satu pengunjung keluar dengan tertib melalui pintu sebelah timur. Namun, sayang sekali area museum yang memiliki koleksi pajangan telah tutup. Nampaknya kami harus kembali lagi kesini nanti.

Sebuah pengalaman yang menyenangkan dapat menjelajahi ruang angkasa. Planetarium ini dapat menjadi wisata edukasi sekaligus hiburan bagi warga Jakarta ataupun bagi yang tengah berkunjung ke Jakarta. Wisata ini cocok untuk semua usia terutama anak-anak.

Sampai jumpa di cerita perjalanan saya ke museum selanjutnya. :)

(DBY/2017)

Wednesday

Menelusuri Jejak-jejak Pahlawan Revolusi di Monumen Pancasila Sakti

November 08, 2017 1 Comments

Monumen Pancasila Sakti jatuh sebagai pilihan kedua dalam kunjungan museum yang saya dan teman-teman saya sepakati. Di kawasan monumen ini terdapat museum Pengkhianatan Komunis yang dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 08.00 -16.00 WIB. Monumen yang berlokasi di Jalan Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Jakarta Timur ini, menggratiskan biaya masuk bagi pengunjung saat HUT TNI (5 Oktober) dan hari pahlawan (10 November).

Membutuhkan waktu lebih dari satu jam bagi saya dan teman-teman bertolak dari titik kumpul kami di Kalibata City menuju museum ini. Taksi online adalah moda transportasi yang kami pilih pada saat itu. Kami harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 40.000,- di pintu gerbang yang ditukar dengan 6 karcis masuk, 1 karcis parkir, 1 stiker dan 1 buku panduan.

Buku panduan, tiket dan stiker.

Setelah diturunkan di tempat parkir, kami harus berjalan beberapa meter menuju kawasan monumuen. Kami menghabiskan beberapa waktu di depan denah museum untuk tahu secara umum mengenai hal-hal yang dapat di-ekplor di museum ini. Secara umum museum ini terdiri dari 3 kelompok besar yaitu museum diorama pengkhianatan komunis, museum diorama paseban serta pameran taman dan monumen pancasila sakti.

Rute Kunjungan Museum.
Suasana di pintu masuk museum.

Kami memutuskan untuk menelusuri museum Pengkhianatan Komunis terlebih dahulu. Disini terdapat 34 diorama yang mengenai pengkhianatan-pengkhianatan yang pernah dilakukan oleh komunis selama 29 tahun dari tahun 1945 hingga tahun 1974. Diorama ini bisa saya katakan menggambarkan penyerangan demi penyerangan oleh komunis di berbagai wilayah Indonesia, perlawanan dan pertahanan dari Rakyat Indonesia dalam hal ini TRI/TNI, sampai dikeluarkannya surat perintah penumpasan komunis yang dikenal dengan "Supersemar" (surat perintah 11 Maret) pada tahun 1966, hingga akhirnya komunis berhasil ditumpas di berbagai wilayah NKRI.





Selanjutnya kami melanjutkan penelusuran untuk melihat diorama paseban. Diorama ini menampilkan rapat-rapat persiapan pemberontakan, latihan-latihan sukarelawan di Lubang Buaya, penyiksaan perwira angkatan darat pada G30S, pengaman Pangkalan Udara Utama (Lanuma) Halim Perdana Kusuma, pengangkatan jenazah perwira TNI AD yang beru ditemukan 2 hari setelah peristiwa penculikan, upacara pemberangkatan para pahlawan revolusi tersebut ke taman makam pahlawan Kalibata. Selain itu juga ditampilkan diorama proses penculikan masing-masing pahlawan revolusi tersebut. Ditambah dengan diorama tertembaknya Ajun Polisi Tingkat I K.S. Tubun yang bertugas di rumah Waperdam II DR Leimena, tepatnya di sebelah rumah Jendral A.H. Nasution. Dan juga diorama tertembaknya Irma Suryani Nasution, putri Jendral A.H. Nasution.








Kami bergegas menuju tempat penelusuran selanjutnya berupa ruang relik dimana terdapat panjangan foto close up, foto keluarga, pajangan pakaian berlumuran darah yang dikenakan pada saat penculikan dan penyiksaan serta benda-benda kesayangan dari para pahlawan revolusi. Saya tak kuasa berlama-lama di ruangan itu, mata saya langsung memanas menahan gejolak kesedihan yang serta merta datang. Menurut teman saya, bau amis darah masih tercium di ruangan itu. Sayangnya saya sedang terserang pilek sehingga tidak dapat mencium sendiri bau amis itu. Selanjutnya kami beralih ruangan sebelahnya yang berisi dokumentasi momen pengangkatan jenazah para pahlawan revolusi di Lubang Buaya pada 4 Oktober 1965 serta pemberangkatan dan pemakaman dari Markas Besar Angkatan Darat ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Seperti di raungan sebelumnya, saya juga enggan berlama-lama disini. Saya harus keluar sebelum isak itu pecah.



Kami selanjutnya menuju destinasi terakhir yaitu berupa pameran taman. Pameran taman ini berisikan pemeran rumah-rumah bersejarah yang terdiri dari rumah dapur umum, rumah pos komando dan rumah penyiksaan. Di rumah penyiksaan juga ditampilkan diorama yang menggambarkan proses penyiksaan para korban yang masih dalam keadaan hidup. Selain rumah juga terdapat pajangan mobil berupa truk dodge yang digunakan untuk menculik Brigjen TNI D.I. Panjaitan. Mobil dinas Letjen TNI Ahmad Yani dan Mayjen TNI Soeharto juga di pajang di museum taman ini. Selain itu juga terdapat mobil Panser Seraceen yang digunakan untuk membawa jenazah pahlawan revolusi dari Lubang Buaya ke Rumah Sakit Pusat TNI AD di Gatot Subroto, sebelum kemudian disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selanjutnya kami menghabiskan waktu untuk istirahat sejenak di taman tempat sumur maut dan Monumen Pancasila sakti berada.


Truck Godge.

Dapur umum.

Diorama Penyiksaan.

Sumur maut.

Monumen Pancasila Sakti.

Saya bergegas mencari tempat duduk. Saya duduk termangu  bersama teman-teman saya. Berbagai pikiran muncul silih berganti. Antara percaya atau tidak percaya hal tersebut pernah terjadi di negeri ini. Saya kehabisan kata-kata. Saya teringat sebuah kata mutiara yang tertulis di dinding museum. Bunyinya seperti ini : “Ancaman terhadap ideologi Pancasila adalah masalah kelangsungan hidup bangsa dan negara. Museum ini adalah salah satu sarana untuk mengingatkan bangsa Indonesia, bahwa komunisme adalah bahaya laten yang harus terus diwaspadai.” Museum ini dapat menjadi salah satu alternatif wisata khususnya bagi warga Jakarta sekaligus sebagai sarana untuk mengetahui sejarah bangsa kita sendiri.

(DBY/2017)