Planetarium menjadi salah satu usulan utama dengan suara terbanyak, saat saya dan teman-teman menggagas untuk berkunjung ke museum. Karena sedang ada renovasi pada planetarium yang akan kami kunjungi berdasarkan penelusuran yang kami lakukan secara online, maka kami memutuskan untuk menunda kunjungan kami kala itu.
Beberapa waktu yang lalu, teman-teman saya sempat mengunjungi planetarium yang terletak di kawasan Taman Ismail Marzuki yang beralamat di Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Akan tetapi mereka kehabisan tiket pertunjukan teater bintang. Berdasarkan informasi yang mereka himpun, pertunjukan dilaksanakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB.
Hujan rintik-rintik sejak pagi pada Minggu, 27/11 lalu, tak menghalangi rencana saya dan teman-teman saya untuk mengagendakan kembali kunjungan kami ke planetarium. Kami memutuskan untuk mengikuti pertunjukan pada pukul 14.00 WIB. Belajar dari kunjungan sebelumnya yang kehabisan tiket, kami berencana untuk datang lebih awal. Dan benar saja, saya menemukan antrian mengular ketika tiba di lokasi. Apalagi terdapat peraturan tidak tertulis yang menyebutkan bahwa masing-masing pengantri hanya boleh membeli maksimal 3 buah tiket. Untung saja 2 orang teman saya telah tiba lebih dulu dan langsung mengambil antrian. Dan entah bagaimana caranya, mereka berhasil mendapatkan 7 buah tiket. Untuk pertunjukan yang akan dimulai pukul 14.00 WIB, kami diharuskan untuk memasuki ruangan teater setengah jam sebelumnya.
![]() |
Antrian di loket pembelian karcis. |
![]() |
Suasana ruang area ruang tunggu planetarium. |
Tepat pukul 13.30 WIB, kami bergegas kembali ke area planetarium. Kami menemukan antrian kembali mengular di area tangga menuju ruangan pertunjukan teater bintang yang terletak di lantai 2 bangunan. Walau petugas telah membuka antrian di 2 jalur berbeda, akan tetapi pengunjung yang antri masih berdesak-desakan. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh tidak adanya nomer kursi pada tiket. Jadi prinsipnya siapa cepat, dia dapat.
Saking banyaknya pengunjung yang datang, terdapat tiket lesehan. Artinya tiket telah terjual sebanyak kapasitas kursi teater, akan tetapi masih banyak pengunjung yang belum kebagian tiket. Pengunjung kategori ini akan duduk di lantai teater selama pertunjukan berlangsung. Mereka yang memiliki tiket ini diinstruksikan untuk masuk setelah pemegang tiket kursi masuk terlebih dahulu, akan tetapi mereka malah turut berdesakan sebelum giliran mereka. Petugas yang mengetahui kondisi ini kembali mengingatkan mereka untuk menunggu sejenak hingga gilirannya tiba.
Setelah menyerahkan tiket untuk disobek oleh petugas, saya bergegas menaiki tangga menuju ruangan teater. Begitu memasuki ruangan, saya mengedarkan pandangan kesemua penjuru untuk mencari kursi yang masih kosong. Teman saya melambaikan tangannya mengarahkan kami menuju arah kanan dari pintu masuk. Terdapat 7 buah kursi kosong di sana. Akan tetapi, salah satu kursi rusak sehingga seorang teman saya harus duduk terpisah pada kelompok kursi tengah, walaupun masih dalam satu baris dengan tempat duduk kami. Kami menunggu sekitar 20 menit hingga semua pengunjung termasuk yang mendapatkan tempat duduk di lantai sumuanya masuk.
![]() |
Kami duduk berderet dengan 1 orang teman yang harus terpisah. |
Pertunjukan dimulai tepat pukul 14.00 WIB. Ruangan seketika menjadi gelap gulita bersamaan dengan suara kakak pemandu terdengar mengudara. Pertama-tama, kakak pemandu menjelaskan beberapa peraturan yang wajib dipatuhi selama pertunjukan berlangsung seperti hanya boleh keluar ruangan teater melalui pintu timur, larangan menggunkan benda bercahaya seperti blitz pada telepon genggam atau camera dan juga anjuran untuk tetap tenang selama pertunjukan berlangsung.
Kakak pemandu lalu mengajak kami mengamati langit Jakarta di malam hari. Ikon Jakarta seperti monas berganti dengan langit malam yang berkabut. Menurut penuturan kakak pemandu, kabut tersebut berasal dari polusi yang menyelimuti kota Jakarta. Namun ketika kabut tersebut disingkirkan, kerlap kerlip bintang yang sangat indah tampak menghiasi langit Jakarta. Decak kagum sontak terdengar memenuhi ruangan teater. Selanjutnya kakak pemandu menjelaskan tentang rasi bintang yang terbentuk dari gugusan bintang tersebut seperti pegasus, pisces, scorpion dll. Decak kagum kembali terdengar disekeliling saya.
Selanjutnya kakak pemandu mengajak kami berperan sebagai astronut untuk mengenali benda-benda di tata surya kita. Sebuah pesawat luar angkasa yang ceritanya membawa kami menuju ruang angkasa melintas cepat dari barat menuju timur. Sebagian kecil matahari tampak malu-malu di ufuk timur. Menurut kakak pemandu, jika matahari diperlihatkan secara utuh, maka planet-planet termasuk bumi ukurannya akan sangat kecil. Kakak pemandu lalu menjelaskan satu per satu planet, mulai dari planet Merkurius yang letaknya paling dekat dengan matahari. Lalu dikuti oleh Venus diurutan kedua. Bumi sebagai tempat tinggal kita menempati urutan ketiga. Selanjutnya disusul oleh planet Mars yang dikenal dengan planet merah di urutan keempat. Urutan kelima diduduki oleh planet terbeasar di tata surya yaitu planet Jupiter. Saturnus, planet yang memiliki cincin yang indah menempati urutan selanjutnya. Dan terakhir planet yang dikenal sebagai planet kembar yaitu Uranus dan Neptunus. Jika sebelumnya terdapat planet Pluto, maka sekarang Pluto tidak lagi menjadi planet di tata surya kita.
Kakak pemandu juga menjelaskan mengenai gerakan planet-planet mengelilingi porosnya dan juga mengelilingi matahari. Beberapa planet juga memiliki satelit seperti Bumi yang memiliki Bulan sebagai satelitnya. Jupiter memiliki 16 satelit dengan IO, Europa, Ganymede dan Calisto sebagai 4 satelit terbesarnya. Selanjutnya saturnus memiliki 9 satelit yaitu Mimas, Enceladus, Thetys, Dionis, Rhea, Titan, Hiperion, Lapetus dan Phoebe. Sedangkan Uranus memiliki 5 satelit yaitu Miranda, Umbriel, Ariel, Titania dan Oberion. Dan terakhir Neptunus memiliki 2 satelit yang diberi nama Triton dan Nereid.
Selanjutnya kakak pemandu menjelaskan tentang komet atau disebut juga bintang berekor. Dijelaskan juga mengenai meteoroid yang jatuh ke atmosfer bumi atau dikenal dengan bintang jatuh. Meteoroid yang tidak habis terbakar mencapai permukaan bumi menghasilkan meteorit membentuk suatu kawah seperti yang pernah terjadi di Jepang berpuluh tahun yang lalu.
Pertunjukan kala itu ditutup dengan melesatnya kembali pesawat luar angkasa yang kami tumpangi menuju bumi. Waktu 50 menit berlalu tanpa terasa. Penerangan di dalam ruangan dihidupkan kembali. Satu per satu pengunjung keluar dengan tertib melalui pintu sebelah timur. Namun, sayang sekali area museum yang memiliki koleksi pajangan telah tutup. Nampaknya kami harus kembali lagi kesini nanti.
Sebuah pengalaman yang menyenangkan dapat menjelajahi ruang angkasa. Planetarium ini dapat menjadi wisata edukasi sekaligus hiburan bagi warga Jakarta ataupun bagi yang tengah berkunjung ke Jakarta. Wisata ini cocok untuk semua usia terutama anak-anak.
Sampai jumpa di cerita perjalanan saya ke museum selanjutnya. :)
(DBY/2017)
No comments:
Post a Comment