Mengenal Istano Basa Pagaruyuang Lebih Dekat
Debs
September 13, 2017
0 Comments
![]() |
Istano Basa Pagaruyunag tampak dari depan. |
Akhir Mei 2016 lalu, salah satu sahabat dekat saya semasa
kuliah di ibu kota, Tya, berkesempatan untuk mengunjungi kampung halaman saya
di Nagari Balimbiang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera
Barat. Dibutuhkan waktu lebih kurang 2-3 jam untuk berkendara dari Bandara
Internationa Minangkabau (BIM) yang terletak di Kota Padang menuju rumah orang
tua saya. Kami yang bertolak dari Jakarta baru benar-benar sampai di rumah
lewat tengah malam.
Tya jauh-jauh terbang menyeberang pulau ke Sumatera dalam
rangka menghadiri perhalatan pernikahan sahabat kami yang lain bernama Tari. Akad
nikah akan dilangsungkan pada hari Minggu dan dilanjutkan dengan pesta keesokan
harinya di kediaman Tari di Padang Panjang. Kami yang sampai di Batusangkar
pada hari Jumat, tentu saja memiliki waktu luang seharian penuh pada hari
Sabtu. Istano Basa Pagaruyung yang menjadi kebanggaan masyarakat Batusangkar,
berada di tangga teratas rekomendasi saya pada Tya. Saya ingin memperkenalkan
minangkabau padanya lewat istano. Dan Tya pun setuju.
Pagi-pagi sekali, setelah terlebih dahulu sarapan lontong
khas kampuang saya, kami berangkat menuju Istano Basa Pagaruyuang menggunakan
sepeda motor. Butuh waktu sekitar 30 menit berkendara dari rumah orang tua saya
menuju Istano yang terletak di Nagari Pagaruyuang. Kami lantas memarkirkan
sepeda motor kami mengikuti arahan tukang parkir yang berebutan menawarkan jasa
parkirnya di sepanjang jalan di depan Istano. Berbekalkan karcis seharga Rp
7.000,- kami berhasil masuk.
![]() |
Kami baru sampai di Istano Basa Paruyuang nih. |
Istano Basa Pagaruyuang tampak megah berdiri kokoh di
hadapan kami. Sebuah rangkiang yang konon pada zaman dahulu digunakan untuk
menyimpan padi juga berdiri disebelah kiri melengkapi istano. Sementara itu di
samping kanan istano terlihat 2 buah beduk yang terletak di hadapan
mushola/masjid. Kami lalu berjalan menaiki beberapa tangga bergerak lebih dekat
ke arah istano. Beberapa badut berkostum bak anak gadis dan anak bujang minang
menawarkan kami untuk berfoto. Beberapa fotografer juga menawarkan hal yang
sama. Kami menolak dengan gelengan di kepala dan terus melangkah maju menuju
pintu masuk istano.
Petugas pun bersiaga menawarkan kami kantong plastik sebagai
tempat sepatu kami karena pengunjung tidak dibenarkan untuk menggunakan alas
kaki saat memasuki istano. Setelah meletakkan sepatu di tempat yang kami rasa
aman, kami bergegas menaiki tangga memasuki istano. Kami disambut petugas lain
di meja tamu dan diminta mengisi data diri. Tya tampak menanyai petugas
mengenai beberapa hal umum tentang istano yang tentu saja dengan senang hati
dijelaskan oleh patugas. Kamipun lantas memulai berkeliling setelahnya.
Kami berada di lantai 1 istano. Lantai ini merupakan ruangan
yang paling luas dibandingkan lantai-lantai yang lain. Dibagian tengah ruangan
baik sisi kiri maupun sisi kanan dari pintu masuk terdapat banyak lemari kaca
yang memajang benda-benda bersejarah seperti keris, deta, carano, teko, cangkir
dan lain-lain. Penjelasan mengenai benda tersebut dapat dibaca pada kertas
kecil yang terdapat didekantnya. Benda-benda tersebut konon katanya dipakai
oleh raja dan nenek moyang orang minangkabau kabau zaman dulu. Selain itu, kami
juga dapat melihat pajangan pakaian adat. Disisi kanan ruangan terdapat
beberapa patung laki-laki yang mengenakan pakaian adat berbeda. Saya
menjelaskan pada Tya bahwa pakaian tersebut merupakan milik tungku tigo
sajarangan di Minangkabau yang terdiri dari niniak mamak, alim ulama dan cadiak
pandai. Sementara di sisi kanan terdapat patung laki-laki dan perempuan yang
mengenakan pakaian serasi satu sama lain. Saya pun menjelaskan lebih lanjut
bahwa mereka tengah menggunakan pakaian pengantin tradisional minangkabau
dimana mempelai pria memakai deta dan mepelai wanita memakai tengkuluk tanduk
sebagai hiasan kepala mereka. Berbeda dengan pakaian pengantin modern dimana
perempuan biasanya menggunakan suntiang sebagai hiasan kepala.
![]() |
Pakaian pengantin tradisonal minangkabau. |
![]() |
Pakaian alim ulama dan cadiak pandai. |
Terdapat perbedaan ketinggian pada lantai ruangan ini.
Menaiki dua anak tangga di sisi kanan tersebut, kami menemukan banyak
kamar-kamar yang membentang hingga sisi kiri yang konon di tempati oleh raja
dan keluarganya. Di depan masing-masing kamar terdapat tikar yang terbuat dari
rotan dengan dua buah tudung berpenutup diatasnya. Terdapat juga carano dan
kendi. Tudung biasanya berisi makanan, kendi berisi air minum dan carano berisi
sirih. Menurut petugas yang kami temui, salah satu fungsi kamar yang banyak
adalah konon katanya istri raja yang sedang datang bulan akan tidur di kamar
berbeda dengan raja.
![]() |
Salah satu dari sekian banyak kamar-kamar. |
![]() |
Berpose menggunakan carano di lantai 1 istano. |
Setiap kamar dihiasi oleh kain beludru berwarna mencolok
dengan taburan payet-payet berwarna emas diatasnya. Menghasilkan kombinasi yang
apik. Sangat manggambarkan kekhasan dari ranah minang. Dinding istano terbuat
dari kayu yang berukirkan ukiran khas minangkabau seperti kaluak paku, itiak
pulang patang, dan lain-lain. Hanya itu ingatan saya tentang pelajaran Budaya Alam
Minangkabau (BAM) yang saya belajari saat sekolah dulu. Kayu berukiran itu
diwarnai dengan kombinasi warna coklat untuk batang, hijau dan biru muda untuk
daun, kuning untuk bunga dan hitam sebagai warna dasar kayu. Sedangkan pada
bagian langit-langit istano terdapat gantungan lampu hias dan hiasan kain
menjuntai yang senada dengan hiasan kamar. Dilantai ini terdapat 9 buah jendela
besar yang dapat menjadi sumber cahaya dari luar atau bisa juga digunakan untuk
melihat indahnya pemandangan di luar istano.
Menaiki tangga, kami pun menuju lantai 2. Lantai ini jauh
lebih kecil ukurannya dari lantai pertama dan juga terlihat kosong. Pada sisi
kanan ruangan terdapat kamar dengan hiasan kain yang kurang lebih sama dengan
yang terdapat di lantai bawah. Di bagian kiri ruangan dari tangga masuk
terdapat pajangan berupa lemari dan peti yang terbuat dari kayu berukiran. Selain
itu juga terdapat pajangan berupa meja dan kursi tamu. Yang paling menarik
menurut saya di lantai ini adalah dinding, langit-langit dan railing tangga yang penuh dengan ukiran
yang jenisnya tak berbeda dari lantai bawah. Tapi kombinasi dari ukiran
tersebut menciptakan suasan intens seolah-olah saya terperangkap pada kotak
kecil. Dilantai ini terdapat 10 buah jendela besar yang dapat digunakan untuk
melihat pemandangan di luar istano baik bagian depan ataupun bagian belakang dari
tempat yang lebih tinggi.
Lantai 2 istano. (sumber : http://2.bp.blogspot.com) |
![]() |
Ukiran pada railing tangga dan langit-langit di lantai 2 istano. |
![]() |
Iseng banget foto di kaca biar keliatan kurus. hehe. |
Saya dan Tya menuntaskan rasa penasaran kami untuk naik ke
lantai yang lebih tinggi. Kami harus bergantian dengan pengunjung lain karena
keterbatasan tempat. Tempat ini tak jauh berbeda dengan lantai 2, hanya saja
ukurannya lebih kecil. Dinding dan langit-langit yang penuh ukiran juga kami
temukan disini. Selain itu, terdapat pula hiasan kursi dan meja tamu serta peti
berukiran. Cahaya dapat masuk melalui 2 buah jendela besar yang masing-masing
menghadap bagian ke depan dan belakang istano.
Lantai 3 istano. (sumber : http://2.bp.blogspot.com/) |
![]() |
Berpose siluet di salah satu jendela di lantai 3 istano. |
Turun kembali ke lantai 1, kami menuju bagian belakang
istano. Terdapat sebuah bangunan terpisah tapi masih terdapat jalan penghubung
menuju istano. Bangunan itu ternyata adalah dapur. Dapur tradisional yang masih
menggunakan tungku lengkap dengan peralatan masaknya yang umumnya terbuat dari
tanah liat berbagai ukuran dapat ditemukan disini. Peralatan dapur lain yang terbuat
dari rotan juga menjadi pajangan disini seperti nyiru, bakul dengan berbagai
ukuran, tudung saji dan lain-lain. Terdapat juga kendi, dandang, lampu minyak,
dan tempat nira yang terbuat dari bambu.
Dapur dan segala jenis peralatan tradisional di dalamnya. (sumber : http://1.bp.blogspot.com/) |
Di bagian basement istano
terdapat penyewaan pakaian tradisional minang. Dengan harga yang relatif
terjangkau, pengunjung dapat berpose berbalut pakaian adat minang. Pakaiannya
terdiri berbagai warna dan ukuran, baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan,
dari anak-anak hingga dewasa dapat ditemukan disini. Pengunjung dapat merasakan
langsung menganakan pakaian pengantin modern minangkabau, dimana laki-laki akan
terlihat gagah dengan hiasan saluak sedangkan perempuan menggunakan suntiang
dengan berat yang cukup lumayan di kepala mereka.
![]() |
Penyewakan pakaian adat di basement istano. (sumber : http://jelajahsumbar.com/) |
Kami lantas menelurusi bagian belakang istano, terdapat
kolam yang salah satu bagiannya terdapat pincuran air dari bambu. Konon katanya
kolam ini merupakan tempat mandi putri raja. Tak jauh dari kolam ini terdapat
beberapa bangunan kecil tanpa dinding yang konon katanya digunakan sebagai
tempat bermusyawarah. Di belakang istano juga terdapat camp ground yang bisa digunakan untuk area berkemah bersama
keluarga atau teman. Selain itu terdapat juga wisata baru yang akhir-akhir ini
populer yaitu berupa janjang 1000. Pengunjung dapat menelusuri satu per satu
anak tangga manaiki bukit untuk menikmati pemandangan istano dari ketinggian. Di
ketinggian tertentu, terdapat beberapa view
point yang dilengkapi dengan beberapa kursi permanen sebagai tempat duduk. Butuh
perjuangan bagi saya dan Tya untuk mencapai view
point, tapi keindahan yang kami dapatkan sebanding dengan keringat yang
kami keluarkan.
![]() |
Pemandangan dari salah satu view point. |
Istano Basa Pagaruyuang selalu menjadi tempat wisata favorit
warga Batusangkar. Meski telah beberapa kali terbakar dan kemudian dibangun
ulang, istano sukses menghadirkan budaya khas minangkabau, baik dari segi
bangunan maupun koleksi pajangan yang terdapat didalamnya. Pengelola istano
terus berinovasi untuk menarik minat wisatawan salah satunya dengan dibangunnya
janjang 1000 yang menjadi buah bibir di kalangan masayarakat. Oleh karena itu, Istano
Basa Pagaruyung wajib menjadi tujuan kunjungan teman-teman yang sedang dan akan
berwisata ke Sumatera Barat.
(DBY/2017)